TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah konflik Rusia-Ukraina yang memanas, harga komoditas energi tampak jauh meninggalkan harga komoditas lainnya, termasuk logam mulia.
Tetapi, di sepanjang pekan ini, harga emas mulai terlihat mempercepat langkah penguatan.
Harga emas spot pekan ini bertahan di atas US$ 1.900 per ons troi. Dalam sepekan, harga emas naik 3,34%. Sementara harga platinum naik 12,41% sejak awal tahun ke US$ 1.088 per ons troi. Paladium bahkan naik signifikan, yaitu 51,73% ke US$ 2.889 per ons troi.
Baca juga: Harga Emas Antam Naik Rp36 Ribu Dalam Sepekan, Hari Ini Masih Stagnan di Level Rp 1 Juta per Gram
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, perang Rusia-Ukraina, yang merupakan negara-negara penghasil energi, menyebabkan perhatian pelaku pasar fokus pada sektor ini.
"Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia. Bahkan, untuk pasokan di Eropa sendiri, Rusia memasok sekitar 30% minyak dan gas di Eropa. Tidak heran jika harga minyak tinggi," kata Alwi, Jumat (4/3/2022).
Kekhawatiran terganggunya ketersediaan migas juga memacu pasar beralih ke komoditas energi substitusi, yaitu batubara. Alhasil, harga batubara melompat sampai menyentuh US$ 400 per ton, atau naik di atas 200% sepanjang tahun ini.
Sejatinya, logam mulia sebagai instrumen safe haven, diincar saat kondisi tak pasti, seperti saat makin panasnya konflik Rusia-Ukraina, "Safe haven lazimnya diincar saat kondisi geopolitik sedang tidak pasti," kata Faisyal, Analis Monex Investindo Futures, Jumat (4/3/2022).
Baca juga: Tembus Rp 1 Juta Per Gram, Pengamat: Faktor Geopolitik Imbas Invasi Rusia Buat Harga Emas Naik Terus
Namun, pilihan safe haven tidak hanya komoditas logam mulia. Faisyal menilai pasar lebih memburu dollar Amerika Serikat (AS) sebagai safe haven.
Ada saingan antara dollar AS dengan safe haven tradisional seperti logam mulia," kata Faisyal.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi juga mengatakan, harga logam mulia cenderung tertahan oleh rencana kenaikan suku bunga The Fed pada Maret ini. Tapi ke depan, harga masih bisa naik lebih tinggi lagi.
Alwi menilai, ada dua faktor yang akan mendorong harga logam mulia naik. Pertama, permintaan safe haven akan naik di tengah konflik Rusia. Kedua, ancaman inflasi global akibat kenaikan harga komoditas. "Emas merupakan sarana lindung nilai terhadap inflasi," kata dia.
Tapi Faisyal menilai, sentimen kebijakan suku bunga The Fed akan lebih dominan mempengaruhi harga emas ke depan. Hingga akhir tahun, Faisyal memprediksi harga emas akan berkisar di level US$ 1.900 per ons troi.
Sumber: Kontan