News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pemerintah AS Genjot Produksi Gandum dan Jagung Untuk Penuhi Kebutuhan Dunia

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biji gandum. Pemerintah AS Genjot Produksi Gandum dan Jagung Untuk Penuhi Kebutuhan Dunia

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA – Konflik antara Rusia dan Ukraina yang kian memanas tak hanya membuat harga gas alam dan minyak melonjak, namun juga berimbas pada merangkaknya harga kebutuhan pangan dunia.

Bahan pokok yang paling terdampak dari konflik di dua negara tersebut diantaranya kebutuhan jagung dan juga gandum dunia.

Melansir data dari Aljazeera, harga jagung di tahun 2022 kini melonjak hingga 21 persen, sementara harga gandum melesat hingga 37 persen dari harga tahun lalu.

Baca juga: Rusia Invasi Ukraina, Harga Pupuk dan Gandum Diprediksi Naik, Bagaimana dengan Harga BBM ?

Munculnya kenaikan ini, diprediksi lantaran adanya invasi Rusia ke Ukraina sejak sepekan yang lalu.

Hal ini membuat Ukraina yang dikenal dengan sebutan 'keranjang roti' dunia harus membatasi stok ekspor gandum demi memenuhi kebutuhan warga negaranya.

Sebagai informasi, Ukraina diketahui menjadi salah satu negara pemasok gandum dan jagung terbesar di dunia. Dengan menyumbang 12 persen gandum serta mengekspor 16 persen pasokan jagung global.

Adanya kelangkaan yang memicu meroketnya dua bahan kebutuhan pokok tersebut, membuat AS putar otak untuk mencari peruntungan baru dengan memaksimalkan produksi pertaniannya.

Demi terpenuhinya konsumsi kebutuhan gandum dan jagung dunia.

Baca juga: Antisipasi Pasokan Gandum dari Ukraina Terganggu, Pengamat Sarankan Switching ke Australia

Sekretaris Pertanian AS, Tom Vilsack menjelaskan saat ini negaranya tenggah mengenjot produksi gandum agar bisa membantu mengimbangi dampak global dari terhentinya ekspor gandum Ukraina.

Bahkan analis AS juga menyebut adanya inflasi global yang kini sudah mencapai level tertinggi, bukannya mengurangi permintaan konsumsi kebutuhan pokok justru hal ini makin mendorong adanya peningkatan pada konsumsi global.

Vilsack mencatat adanya kenaikan bahan pangan tersebut telah mempengaruhi perusahaan agribisnis asal negaranya seperti perusahaan Archer, Daniels, Midland serta Bunge yang saat ini diketahui tengah kebanjiran pesanan untuk produksi gandum, jagung, dan kedelai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini