TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pelemahan indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan regional diperkirakan bakal kembali menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada Senin (7/3/2022), IHSG ditutup turun 0,86% ke level 6.869,06 pada perdagangan Senin (7/3). Investor asing juga mencatatkan net sell senilai Rp 77,5 miliar di seluruh pasar.
Hari ini, Selasa (8/3/2022), IHSG diperkirakan kembali melemah.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan, penurunan IHSG disebabkan sentimen negatif berupa pelemahan indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan regional.
Baca juga: Dibuka, IHSG Melemah ke 6.912, Investor Asing Lego Saham BBCA, BBRI dan ITMG
Hal ini seiring dengan melonjaknya harga energi yang dipicu oleh adanya ekspektasi pelarangan impor minyak dari Rusia.
Untuk perdagangan Selasa (8/3), Mino memprediksi IHSG akan lanjut melemah dengan suport di level 6.825 dan resisten di 6.915.
"Sentimen melonjaknya harga komoditas minyak mentah dikhawatirkan akan memicu lonjakan inflasi dan memperlambat pemulihan ekonomi global," kata Mino saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/3).
Serupa, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga melihat, IHSG akan bergerak fluktuatif dengan potensi koreksi lanjutan pada Selasa (8/3). Suport IHSG diperkirakan berada di level 6.850 dengan resisten di 6.900-6.930.
Baca juga: Kenaikan Harga dan Perang Rusia-Ukraina Dorong IHSG Tampil Perkasa dan Cetak Rekor
Menurut Valdy, potensi koreksi lanjutan tersebut seiring dengan pelemahan yang dialami mayoritas bursa global.
Terlebih lagi, investor asing sudah kembali mencatatkan net sell, padahal biasanya selalu net buy sejak 1 Februari 2022.
Lebih lanjut, sentimen negatif utama berasal dari peningkatan risiko ketidakpastian seiring potensi sanksi-sanksi baru yang dijatuhkan pada Rusia menyusul operasi militer Rusia ke Ukraina.
Sanksi terbaru yang tengah dibicarakan terkait dengan sektor energi.
Ancaman sanksi tersebut memicu lonjakan harga komoditas energi, terutama minyak, gas, dan batubara.
Baca juga: IHSG Bisa Menguat Pekan Ini Jelang Perubahan Kebijakan Bank Sentral AS
"Hal di atas memicu kekhawatiran lonjakan inflasi, terutama di AS dan Eropa yang dikhawatirkan menekan outlook pertumbuhan ekonomi keduanya," ungkap Valdy.
Hal serupa juga menjadi perhatian pelaku pasar di Indonesia, meski dalam skala yang berbeda.
Pasalnya, nilai impor minyak dan gas Indonesia dari Rusia tidak sampai 0,5% dari total impor migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (2016-2021).
Untuk perdagangan Selasa (8/3), Valdy menyarankan pelaku pasar mencermati peluang speculative buy pada saham ANTM, MDKA, INKP, ADRO, INCO, AKRA, dan ELSA. Sementara menurut Mino, saham yang menarik diperhatikan adalah TLKM, AKRA, MAPI, dan BMRI. (Nur Qolbi)