Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Prof Deendarlianto mengungkapkan berdasarkan penelitian yang dilakukan PSE, perubahan nilai oktan pada bahan bakar akan mempengaruhi nilai kadar emisi.
Bahan bakar dengan bilangan oktan lebih rendah memiliki kadar CO yang lebih tinggi.
Seiring meningkatnya RPM dan kecepatan kendaraan, kadar CO juga akan terus meningkat.
“Kalau bicara RON dalam implementasi ke efisiensi mesin, kami yakin pengguna Pertamax tidak akan serta merta beralih ke Pertalite karena akan berdampak ke mesin. Semakin rendah RON akan semakin tinggi emisinya,” ujar Prof Deendarlianto, saat diskusi virtual dengan wartawan, Sabtu (12/3/2022).
Seperti diketahui, kenaikan harga sejumlah produk BBM beroktan tinggi sebagai imbas dari melonjaknya harga minyak dunia disinyalir akan mendorong konsumsi BBM dengan kualitas di bawahnya.
Kendati demikian, BBM jenis Pertalite (RON90) saat ini paling banyak dikonsumsi.
Di tingkat nasional, lebih dari 50 persen pengguna kendaraan bermotor mengonsumsi Pertalite.
Baca juga: Kementerian ESDM: Konsumsi Pertalite Tembus 21 Juta Kilo Liter Dalam Setahun
Selain itu, Pertamina juga menjual beberapa jenis BBM berkualitas seperti Pertamax (RON92), Pertamax Plus (RON 95), dan Pertamax Turbo (RON 98).
Menurut Guru Besar Teknik Mesin UGM itu, dari sisi teknis jika ada konsumen beralih dari Pertamax ke Pertalite, mereka tentunya akan berpikir ulang karena alasan kinerja mesin tadi.
Namun, hal itu tidak bisa dihindari karena masih ada kalangan masyarakat yang membutuhkannya.
“Isu kualitas BBM ini kan sempat ramai juga tahun lalu, katanya Premium mau dihilangkan. Saya sebenarnya setuju itu karena memang emisinya jauh lebih besar. Dari pertimbangan net zero emission harusnya Pertamina memang sudah mulai mengurangi premium sehingga kita mulai beralih,” kata dia.
Dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan BBM fosil secara umum masih akan mengalami kenaikan.
Ini sesuai dengan proyeksi yang disusun pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sampai 2030.