News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis Sebut Pasar Modal Indonesia Dapat Berkah dari Perang Rusia-Ukraina

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memeriksa persenjataan baru, termasuk sistem anti-tank NLAW dan peluncur granat anti-tank portabel lainnya, di Kyiv pada 9 Maret 2022, di tengah invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina. (Photo by GENYA SAVILOV / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pasar modal Indonesia dapat berkah dari perang Rusia-Ukraina.

Pemangkasan proyeksi ekonomi global akibat ketegangan geopolitik itu, dinilai akan mengerek prospek aliran investasi terhadap pasar modal negara berkembang dengan fundamental ekonomi cukup baik.

"Khususnya, Indonesia yang memiliki sovereign rating, kurs rupiah, dan yield masih relatif terjaga," ujar dia melalui risetnya, Senin (14/3/2022).

Baca juga: IHSG Dibuka Naik ke 6.936, Investor Asing Legao Saham BMRI, ANTM dan BUMI

Sejak awal tahun, proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 telah terpangkas menjadi 4,4 persen dari 5,5 persen pada 2021.

Penurunan tersebut, di antaranya disebabkan oleh tekanan yang tengah terjadi di dua ekonomi terbesar dunia, pertama yakni di Amerika Serikat imbas adanya percepatan kebijakan moneter dan gangguan rantai pasokan berkelanjutan.

Kemudian di China, di mana adanya perlambatan ekonomi akibat krisis energi dan tekanan keuangan yang berkepanjangan antar pengembang properti.

Baca juga: Analis: IHSG Masih Akan Terus Naik di Maret Ini, Ada Peluang Tembus 7.000

Selain itu, belum berakhir kasus Omicron, dunia dihadapkan pada risiko perang antara Rusia dan Ukraina, yang memicu pukulan bagi perekenomian global yaitu gangguan rantai pasokan.

Perang juga mengakibatkan terbatasnya pasokan minyak imbas rencana pemboikotan, kenaikan komoditas dan harga bahan baku, serta inflasi global yang berpotensi menyebabkan stagflasi.

"Hal tersebut memicu outlook ekonomi global lebih menantang lagi ke depannya," kata Nico.

Baca juga: 5 Indeks Sektoral Dorong IHSG Menguat ke 6.891, Pembelian Bersih Investor Asing Capai Rp 258 Miliar

Sebelumnya, para petinggi lembaga moneter dunia mengungkapkan adanya perkiraan penurunan outlook ekonomi global, yang mengindikasikan lesunya ekonomi dunia.

"Pemicu utamanya kerusakan yang ditimbulkan dari invasi Rusia yang memberikan efek domino terhadap aliran perdagangan. Pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, harus terhambat dengan adanya invasi tersebut," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini