TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah hampir 2 tahun di masa pandemi, perlahan perekonomian mulai bangkit kembali.
Pembatasan sosial mulai dikurangi dan aktivitas ekonomi telah bergerak semakin pasti.
Di masa recovery semacam ini, Womenpreneurs Indonesia Networks (WIN) melihat kaum perempuan di negeri ini memegang peran yang sangat penting, terutama melalui kiprah mereka yang terjun sebagai pelaku usaha (womenpreneur).
Di tengah goncangan ekonomi selama pandemi, para womenpreneur terbukti bisa memiliki optimisme, ketahanan, serta kelincahan dalam menghadapi krisis.
Mereka secara aktif telah mencoba untuk melakukan penyesuaian model bisnis, melakukan penawaran layanan baru , memodifikasi produk, serta upaya-upaya kreatif lain dalam upaya untuk bertahan.
Baca juga: La Nyalla Mattalitti Dinilai Mampu Perjuangkan Aspirasi Perempuan
Baca juga: Komnas Perempuan Catat Ada 8 Pengaduan Kasus Kekerasan dan Pelecehan Seksual di Dunia Kerja
Upaya-upaya tersebut tentunya memberikan kontribusi positif dalam bentuk penyediaan lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, womenpreneur juga menghadapi tantangan yang tidak mudah selama pandemi.
Skala bisnis mereka yang umumnya masih berskala mikro dan bahkan ultra mikro (berdasarkan Peraturan Pemerintah no 7 tahun 2021, bisnis ultra mikro memiliki penjualan tahunan hingga 300 juta sedangkan bisnis mikro maksimal 2 miliar per tahun) menciptakan keterbatasan untuk bisa melakukan inisiatif-inisiatif yang lebih besar.
Untuk itu Womenpreneurs Indonesia Networks (WIN) menyerukan pentingnya dukungan finansial terhadap para pengusaha perempuan berskala ultra mikro serta mikro di Indonesia maupun secara global.
Dukungan ini disampaikan dalam rangkaian acara Side Event G20, W20 yang diselenggarakan di Kota Batu, Jawa Timur pada tanggal 8-9 Maret 2022.
Hadir dalam sesi forum tersebut, WIN bersama Wali kota Kota Batu dan virtual panelis dari Government Investment Centre, Amartha Fintech, Women’s World Banking, serta delegasi Korea.
Diah Yusuf, Chairwoman WIN mempresentasikan beberapa insiatif yang bisa dilakukan sebagai bentuk dukungan finansial terhadap pelaku usaha perempuan di skala ultra mikro dan mikro, antara lain:
Pelatihan tentang literasi finansial dengan pendekatan yang praktis untuk membantu womenpreneur dalam mengelola sumber daya keuangannya.
Dukungan dari lembaga jasa keuangan dengan menggunakan perspektif yang berbeda—di luar pendekatan perbankan tradisional—dalam rangka untuk bisa mendampingi pertumbuhan bisnis womenpreneur di Indonesia.
Adanya pelatihan dan pendampingan dari lembaga jasa keuangan dengan menggunakan channel yang lebih tepat bagi pengusaha perempuan di kalangan bawah.
Contohnya adalah dengan membentuk jaringan agen jasa keuangan perempuan di wilayah desa dan perkotaan.
Terakhir pengembangan crowdfunding berbasis micro-angel investor serta perusahaan Fintech khusus pendanaan mikro perlu dilakukan dengan memperhatikan karakteristik unik womenpreneur di Indonesia.
Baca juga: G20 Empower Usung 3 Isu, Satu di Antaranya Ketahanan UKM Perempuan
Baca juga: Kementerian PPPA: G20 Fokus Dorong Pemberdayaan Perempuan pada Sektor Swasta
Diah Yusuf menegaskan bahwa dukungan terhadap womenpreneur di Indonesia khususnya dan secara global pada umumnya, akan memberikan dampak multiplier terhadap perekonomian;
“Dengan besarnya peranan para womenpreneur dalam mendukung perekonomian nasional selama pandemi, maka dukungan finansial terhadap mereka berarti turut mendorong percepatan economic recovery di negeri ini”. (*)