Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melalui Presidensi G20, Indonesia menunjukkan kelasnya sebagai negara yang memiliki pengaruh besar dalam perpolitikan dunia terutama kolaborasi antar anggotanya.
Hal itu dikatakan Pranata Humas Madya Kementerian Komunikasi dan Informatika Maroli J. Indarto dalam tulisannya, Senin (21/3/2022).
“Kepercayaan Indonesia sebagai Presidensi G20 tentunya bisa mengajak anggotanya kolaborasi yang sejajar agar berdampak positif, tidak hanya Indonesia tapi juga dunia,” terang Maroli.
Baca juga: Menko Airlangga Ajak Generasi Muda Terlibat Aktif Manfaatkan Momentum Presidensi G20
Menurutnya, Presidensi G20 menjadi momentum untuk mendorong kolaborasi global berkelanjutan.
Indonesia harus menunjukkan kepemimpinan yang tranformasional, kolaborasi dan inklusif.
Maroli menerangkan pandemi Covid-19 menguji pemerintah untuk kembali mengambil peran dalam melaksanakan amanah kemerdekaan dalam mewujudkan masyarakat dunia yang damai, adil serta makmur.
Baca juga: Menteri LHK Harap Rimbawan Sukseskan Presidensi G20 Indonesia
“Presidensi G20 harus mampu menjembatani kepentingan berbagai pihak, baik negara maju maupun berkembang. Bila menilik profil anggota G20 tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri,” urainya.
Namun, Indonesia harus mampu menegaskan bahwa setiap anggota mempunyai hak yang sama atas akses negosiasi.
Misal, terkait isu vaksin, bagaimana mampu memberikan akses yang setara atas produk vaksin, bahan mentah hingga logistik vaksin.
Isu lain, terkait akses atas kaum disabilitas dalam kompetisi global, posisi setiap anggota tentunya didiskusikan agar tetap dalam kerangka untuk perbaikan kehidupan global di masa mendatang.
Sementara Prof. Rhenald Kasali mengungkapkan momen Indonesia Presidensi G20 harus benar-benar dimanfaatkan untuk menkolaborasikan seluruh sumber daya.
“Kita harus saling mendukung sehingga pemulihan dunia pasca pandemi ini menjadi lebih cepat dan berkeadilan. Belajar dari pandemi Covid-19, dunia harus menyadari pentingnya penguatan koordinasi dan kerja sama global dalam menghadapi pandemi,” tutur Guru Besar Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Selain itu, pentingnya memastikan bahwa dunia lebih siap menghadapi kemungkinan pandemi berikutnya.
Kuncinya adalah kolaborasi peningkatan kapasitas sistem kesehatan di tingkat negara, regional dan global.