"Sampai ada informasi lebih lanjut tentang kemungkinan penyebab kecelakaan, karena
sekarang belum ada dasar kuat untuk evaluasi terhadap Boeing 737-800 NG secaramenyeluruh. Kecelakaan bisa saja disebabkan oleh unsur non pesawat, misalnya human error," ujarnya.
Pengamat Penerbangan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menduga jatuhnya pesawat milik maskapai China Eastern karena jarang terbang akibat pandemi Covid-19. Dan ini harus jadi pelajaran bagi maskapai di Indonesia.
"Dampak langsung ke Indonesia tidak ada, tapi sebagai pelajaran kalau memakai pesawat sejenis pemeriksaannya harus lebih teliti. Kira-kira pesawat-pesawat itu (dikandangkan) karena sudah lama tidak terbang, sehingga perlu pemeriksaan lebih teliti dibanding yang rutin terbang," ujarnya.
Dia menambahkan, pesawat pada umumnya diterbangkan setiap hari, dua atau tiga
hari, atau setiap minggu, tergantung maskapai.
"Tergantung maskapai, pesawatnya banyak tidak, rutenya panjang tidak, tapi kalau mereka punya rute yang terjadwal, pemeriksaannya juga terjadwal. Kalau tidak terjadwal, pesawat yang nongkrong bisa karatan, sehingga harus perlu pemeriksaan tersendiri," kata Chappy Hakim. (Tribun Network/har/van/wly)