Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana Malaysia mengklaim Reog sebagai warisan budaya ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menjadi pembicaraan masyarakat.
Kabar itu, awalnya disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Mengenai kabar itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memastikan pemerintah akan maksimal memperjuangkan Reog Ponorogo jadi kearifan lokal asli Indonesia.
Baca juga: Menteri Nadiem Lebih Pilih Jamu Ketimbang Reog, Bupati Ponorogo Kecewa Berat
"Kalau masuk UNESCO ini akan nanti koordinasikan dengan rekan kami Nadiem Makarim dan Kemendikbud Ristek," ujar Sandiaga saat Weekly Press Briefing di Kantor Kemenparekraf, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2022).
Menurut Sandiaga Uno, Malaysia dan Indonesia beberapa kali saling mengklaim dalam beberapa hal, mulai dari zona atau wilayah sampai soal budaya.
Yang terbaru adalah soal reog. Padahal, lanjut dia, reog merupakan salah satu produk ekonomi berbasis budaya dan sangat spesifik dan berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.
"Saya sendiri sudah beberapa kali naik ke atas reog dan merasakan sensasi bisa berada di atasnya. Tapi, saya belum pernah tahu ada Reog Kelantan atau Reog Kuala Lumpur, ya saya tidak tahu ya apa memang ada," imbuh Sandiaga Uno.
Baca juga: Sejarah Reog Ponorogo dan Perkembangannya, Tari Daerah yang Diusulkan jadi ICH ke UNESCO
Sandiaga Uno menuturkan, bahwa masyarakat Indonesia harus berkaca dengan budaya pantun yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dari dua negara, Indonesia dan Malaysia.
Masyarakat Indonesia, menurut Sandiaga Uno, harus kerap menggunakan. Termasuk harus sering menampilkan reog dalam seni pertunjukkan.
"Kalau tidak kita gunakan, ya kita bisa kehilangan lagi, termasuk reog," tutur Sandiaga Uno.