News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inflasi AS Naik dan Tertinggi Sejak 1981, Ini Dampaknya ke Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Inflasi secara tahunan di Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 8,5 persen pada Maret 2022 atau yang tertinggi sejak 1981, berdasarkan laporan Consumer Price Index (CPI).

Penyebabnya, perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut dan mendorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di AS.

Apakah inflasi di AS memiliki dampak pada perekonomian Indonesia secara umum, serta pasar modal tanah air secara khusus?

Baca juga: Gelombang Inflasi Merambah ke Kawasan Asia, Bank Sentral Eropa Rancang Kebijakan Baru

Menurut Direktur Avere Investama sekaligus pengamat pasar modal Teguh Hidayat, ada dampak positif inflasi AS, yakni meningkatkan nilai ekspor Indonesia.

Impor minyak jadi lebih besar

Teguh mengatakan, inflasi yang tinggi di AS menyebabkan harga komoditas naik di seluruh dunia.

Baca juga: Konflik Rusia Vs Ukraina, Inflasi Mulai Membayangi, Apa Dampaknya untuk Pemulihan Ekonomi RI?

The Fed yang mencetak uang dollar AS dalam jumlah besar sebagai stimulus ekonomi, lambat laun uang tersebut beredar di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam bentuk impor.

“Karena uang dollar AS keluar terus, dan komoditas harganya naik semua, Indonesia sebagai importir minyak mentah merugikan ekonomi kita, dan kita harus impor minyak lebih besar, alhasil harga Pertamax naik,” ujar Teguh kepada Kompas.com, Selasa (19/4/2022).

Indonesia diuntungkan SDA besar

Dia mengungkapkan, secara tidak langsung, inflasi AS akan menyebabkan inflasi di Indonesia juga. Tapi, Indonesia diuntungkan dari kenaikan komoditas, lantaran Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang besar.

“Jadi, secara tidak langsung, saat harga batu bara naik, sawit naik, posisi kita berbeda. Kalau minyak mentah kan kita importir, kalau batu bara, dan sawit kita eksportir. Jadi kenaikan batubara dan sawit menguntungkan bagi Indonesia dan ekonomi Indonesia akan tumbuh kencang,” ungkap Teguh.

Capital outflow

Hal senada disampaikan oleh Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM yang menilai, inflasi AS akan erat kaitannya dengan kenaikan suku bunga. Dengan inflasi AS yang tinggi di tahun ini, dampaknya tentu saja selain ke beberapa negara termasuk ke Indonesia.

“Kenaikan harga komoditas membuat ekspor di Indonesia meningkar 44 persen yoy dan sampai dengan Maret neraca perdagangan Indonesia tumbuh positif. Inflasi Indonesia sudah mulai menanjak pada level 2,6 persen, walaupun masih berada di bawah BI Rate 7DRR namun gejala kenaikan ini bisa mengerek 7DRR kedepannya,” ujar Roger.

Baca juga: Jika Harga Pertalite Hingga Listrik Naik, Inflasi Tembus 5 Persen, Rakyat Miskin Bakal Melonjak

Dari sisi pasar modal, Roger menilai pasar modal Indonesia masih mencerna rencana The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.

Menurut dia, dampak rencana The Fed tersebut, bisa mendorong kenaikan dollar AS dan memicu capital outflow.

“Pasar modal Indonesia tentunya akan melihat efek dari kenaikan suku bunga AS kedepan, di antaranya penguatan dollar AS yang bisa memicu capital outflow, dan kenaikan harga komoditas yang bisa memicu kenaikan inflasi di Indonesia,” tambah dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inflasi AS Naik Tinggi, Apa Dampaknya ke Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia?"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini