News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kurs Rupiah Masih Melemah di Atas Rp 14.800, Tertekan Sentimen Kenaikan Suku Bunga The Fed

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang petugas memeriksa dan menghitung uang dollar AS yang ditukar salah seorang warga di Golden Money Changer, Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung. Kurs rupiah terhadap dolar AS masih terus melemah, dipicu oleh kenaikan suku bunga oleh The Fed. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga bank sental Amerika Serikat (The Fed) sebesar 75 basis poin masih menjadi faktor utama penyebab kurs rupiah melemah.

Pada perdagangan sore ini, Senin (20/6/2022), rupiah melemah 11 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 15 poin di level Rp 14.836 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.824 per dolar AS. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan, nilai tukar rupiah untuk perdagangan besok kemungkinan dibuka berfluktuatif. 

"Tapi untuk besok ditutup melemah di rentang Rp 14.820 sampai Rp 14.870 per dolar AS," papar Ibrahim.

Menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia perlu mewaspadai dari kenaikan suku bunga acuan The Fed menjadi 1,5 persen sampai 1,75 persen pada minggu lalu, yang dampaknya sudah terasa dari melemahnya mata uang rupiah. 

Dengan kenaikan suku bunga tersebut, kata Ibrahim, maka arus modal asing kembali keluar di pasar surat utang, karena jarak antara yield surat berharga negara dan yield treasury di tenor yang sama semakin menyempit.

"Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market," ucapnya. 

"Penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi pasca-pandemi melandai tapi terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga," sambungnya. 

Menurutnya, perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke surat berharga negara. 

"Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini