Padahal sama seperti BBM, Indonesia juga masih mengimpor gas dalam jumlah yang cukup besar. Jokowi mengatakan fakta itu harus disampaikan agar masyarakat paham mengenai situasi global saat ini.
“Supaya kita ngerti masalah ini. Yang pertama tadi masalah minyak dan gas. Gas juga sama, internasional sudah naik 5 kali, naiknya 5 kali. Padahal gas kita impor juga gede banget,” kata Jokowi.
Baca juga: Daftar SPBU yang Layani Pendaftaran MyPertamina Offline untuk Beli BBM Subsidi Pertalite dan Solar
Harga Keekonomian
Sebelumnya Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati saat rapat di DPR pada Rabu (6/7) lalu mengatakan harga keekonomian BBM ron 90 atau Pertalite saat ini sudah mencapai Rp17.200 per liter. Namun, subsidi pemerintah membuat harga Pertalite masih dijual di angka Rp7.650 per liter.
Ia menjelaskan, pergerakan harga minyak dunia sangat mempengaruhi kondisi harga di tanah air.
"Karena Indonesia pun menerapkan harga yang merefer ke Brent. Kita menggunakan Indonesian Crude Price (ICP) yang secara rata-rata biasanya US$ 2 di bawah Brent.
Jadi otomatis pergerakan Brent atau harga minyak dunia otomatis mengerek kenaikan ICP," ungkap Nicke.
Nicke menambahkan, kenaikan harga minyak dunia baik untuk minyak dan gas sudah jauh melampaui asumsi yang ditetapkan dalam APBN maupun RKAP Pertamina di tahun 2022.
Secara khusus, harga produk BBM dan LPG pun ikut terkerek pada kondisi saat ini.
Nicke menjelaskan, saat ini Pertamina menjual Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar sebesar Rp 5.150 per liter. Adapun, harga keekonomiannya kini berada di level Rp 18.150 per liter.
Artinya, selisih yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk subsidi mencapai Rp 13.000 per liter.
Sementara itu, Pertamina saat ini menjual Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sebesar Rp 7.650 per liter.
Besaran ini jauh di bawah harga keekonomian Juli 2022 yang kini mencapai Rp 17.200 per liter.
Artinya selisihnya mencapai Rp 9.550 per liter. Selanjutnya, Pertamax kini dijual Pertamina dengan harga Rp 12.500 per liter.
Harga keekonomian produk Pertamax per Juli 2022 mencapai Rp 17.950 per liter. Dengan demikian, selisih harga jualnya mencapai Rp 5.450 per liter.