Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (13/7/2022) pagi terpantau menguat.
Melansir data Bloomberg (pada pukul 09.06), rupiah berada di level Rp 14.984 per dolar AS.
Pada penutupan di akhir pekan kemarin (12/7/2022), merujuk data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah berada di level Rp 14.993 per dolar AS.
Sebelumnya, Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah diprediksi bakal kembali melemah pada hari ini (13/7/2022).
Baca juga: Rupiah Kembali Melemah Terhadap Dolar AS, Dekati Level Rp15.000
Menurut analisanya, mata uang Garuda berpotensi melemah ke level Rp 15.030.
“Pada penutupan sore ini, mata uang rupiah kembali melemah dari penutupan sebelumnya,” ucap Ibrahim, Selasa (12/7/2022).
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.980 hingga Rp 15.030,” sambungnya.
Baca juga: Rupiah Pagi Terpantau Menguat Tipis ke Level Rp14.975
Dirinya melihat perkembangan nilai tukar dolar AS dipengaruhi berbagai faktor eksternal.
Menurutnya, dolar menguat ke level 107, 60 terhadap mata uang lainnya pada Selasa, imbas pengaruh di tengah kekhawatiran bahwa krisis energi akan membawa kawasan AS ke dalam resesi.
Kemudian mata uang AS terpengaruh oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih cepat dan lebih jauh.
Mata uang AS telah menguat di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif karena mengatasi inflasi yang melonjak.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.
Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan naik menjadi 3,50 persen pada bulan Maret, dari 1,58 persen sekarang.
“Presiden Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan ekonomi AS dapat mengatasi suku bunga yang lebih tinggi dan menegaskan kembali dukungannya untuk kenaikan suku bunga lain bulan ini,” ucap Ibrahim.
“Selain faktor yang telah disebutkan sebelumnya, nilai tukar dolar AS juga terpengaruh data harga konsumen yang akan dirilis pada hari Rabu adalah fokus utama ekonomi AS minggu ini,” pungkasnya.