Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Indeks saham S&P 500 (.SPX) dan Dow Jones ditutup melemah, membuat pergerakan pasar saham Wall Street turun lebih rendah dalam perdagangan pada Kamis (14/7/2022) waktu setempat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,46 persen menjadi 30.630,17, dilanjutkan S&P 500 (.SPX) yang merosot 0,30 persen pada 3.790,38.
Penurunan S&P 500 terjadi imbas dari merosotnya delapan sektor utama S&P 500, dimana semua saham tersebut turun terbesar turun 1,9 persen.
Penurunan lainnya juga terlihat pada Saham JPMorgan Chase dan Morgan Stanley yang masing-masing turun 3,5 persen dan 0,4 persen, sedangkan indeks S&P Banks (.SPXBK) anjlok sebanyak 2,4 persen.
Berbeda dari yang lain saham Nasdaq Composite (.IXIC) justru menunjukkan bullish dengan bertambah 3,60 poin ke level 11.251,1.
Baca juga: IHSG Jumat Pagi Melorot 0,31 Persen, Bursa Asia-Pasifik Bergerak Bervariasi
Variasi indeks saham ini, terjadi setelah dua bank besar AS merilis lonjakan data inflasi.
Kondisi tersebut diperparah dengan terbitnya data indeks harga konsumen yang dibuat Departemen Tenaga Kerja. Kekecewaan inilah yang membuat investor menarik diri dari penutupan perdagangan Wall Street pada Kamis kemarin.
Baca juga: Inflasi Amerika Tembus 9,1 Persen, Saham di Wall Street Langsung Ambles, Harga Pangan Naik
"Tidak mengherankan bahwa perbankan investasi lemah. Ada tanggapan irasional terhadap hasil JP Morgan dan Morgan Stanley," kata Jay Hatfield, kepala eksekutif dan manajer portofolio di InfraCap.
Aksi jual di pasar Wall Street mulai mereda setelah Gubernur Fed Christopher Waller menyatakan dukungan atas adanya kenaikan suku bunga 75 basis poin pada akhir Juli ini, agar meredakan kegelisahan peluang kenaikan 100 basis poin atau bahkan lebih besar.
"The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 tetapi seharusnya tidak," kata Hatfield.
Segala cara telah dilakukan The Fed untuk mengurangi laju inflasi di AS, bahkan awal bulan lalu The Fed telah menaikan suku bunga acuannya.
Meski cara ini belum mampu menurunkan laju inflasi, namun efek riak dari kebijakan tersebut telah meredakan harga pangan dan energi dari harga puncak di Maret lalu.
Reuters mencatat saat ini volume transaksi di bursa saham AS telah mencapai 10,86 miliar saham, lebih rendah dibandingkan 20 hari terakhir dimana saat itu jumlah transaksi mencapai 12,48 miliar saham.