Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) disarankan segera menaikkan suku bunga acuan secara signifikan seiring akan kembali dinaikkannya suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akhir bulan ini.
Managing Director Political Economic and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan, dewan gubernur Bank Indonesia pada hari ini dan besok menjalani rapat untuk menentukan arah suku bunga acuannya yang masih dipertahankan di level 3,50 persen.
"Ini bahaya karena rapat dewan gubernur Bank Indonesia satu minggu sebelum The Fed mengumumkan suku bunganya."
"Kalau Bank Indonesia naikkan 0,5 persen tapi The Fed menaikkan 0,75 persen sampai 1 persen maka tidak berguna," ujar Anthony saat Webinar Ancaman Resesi Global Mengintai , Bagaimana Indonesia Menghadapinya?, Rabu (20/7/2022).
Menurutnya, jika kenaikan suku bunga Bank Indonesia di bawah The Fed atau tidak signifikan, maka dampaknya ke nilai tukar rupiah terhadap dolar yang akan semakin anjlok.
Baca juga: Naiknya Suku Bunga BI Dinilai Jadi Booster Rupiah agar Tidak Melemah Terlalu Dalam
"Modal asing akan keluar dan rupiah semakin anjlok. Dua minggu kemarin saja, rupiah dengan cepat ke level Rp 15.000, kalau tidak ditahan maka akan semakin tertekan," katanya.
Ketika nilai rupiah tertekan dalam, kata Anthony, cadangan devisa (cadev) bakal berkurang dan hal ini berbahaya bagi perekonomian di dalam negeri, bisa terjadi krisis valuta asing.
Baca juga: Inflasi AS Tembus 9,1 Persen, Kamrussamad Minta BI Naikkan Suku Bunga Acuan
"Rupiah anjlok juga membuat barang impor di dalam negeri menjadi mahal. Jadi Bank Indonesia mau tidak mau menurut saya menaikkan suku bunganya," ucapnya.