Pembatasan ini dilakukan setelah para pemimpin yang berkumpul dalam acara KTT G-7 memberlakukan aturan embargo bagi komoditi minyak dan gas dari Rusia, dengan tujuan untuk memotong pendapatan harian Moskow dari penjualan energi.
Baca juga: CEO ConocoPhillips Ingatkan Bahaya Krisis Minyak dan Volatilitas Harga
Namun sayangnya keputusan embargo belum cukup mampu untuk menghancurkan ekonomi Moskow, justru pendapatan Rusia kian bertambah berkat aksi borong yang dilakukan India dan China terlebih setelah Rusia memberikan diskon besar pada ekspor minyaknya.
Hal inilah yang membuat AS ingin menetapkan sanksi baru dengan membatasi harga jual minyak Rusia.
Melansir dari Business Insider, penetapan kontrol harga selain dapat mengurangi pemasukan Putin juga dimaksudkan untuk mengekang energi Rusia agar tak dijual dengan harga yang mahal, mengingat saat ini minyak mentah yang dipatok di pasar internasional telah melonjak 185 dolar AS.
“Pemerintahan Joe Biden menganggap batas 40 dolar AS terlalu rendah. Tujuannya untuk memotong pendapatan Moskow untuk perangnya di Ukraina, tetapi risikonya bila tindakan ini dijalankan dengan buruk akan menyebabkan lonjakan harga minyak,” kata dua orang sumber KTT G-7 yang tak disebutkan namanya, mengutip Bloomberg.
Baca juga: Eropa Beri Izin Perusahaan Energi Rusia Untuk Ekspor Gas Dengan Negara Ketiga
Alasan inilah yang membuat Amerika Serikat ingin menetapkan kontrol harga agar pendapatan dari penjualan migas Rusia tak makin bertambah, untuk mendukung aturan ini AS dan sekutunya juga turut melarang operasi perusahaan pelayaran dan lembaga keuangan yang memfasilitasi penjualan di atas ambang batas yang telah ditetapkan.
Sebelum adanya aturan baru ini Rusia telah mematok harga minyak sekitar 80 dolar AS per barel.
Dengan harga tersebut dalam sehari Rusia dapat mengantongi keuntungan lebih sebesar 24 miliar dolar AS hanya dengan melakukan penjualan minyak mentah, selama kurun waktu tiga bulan.