Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT JACCS Mitra Pinasthika Mustika Finance Indonesia (Perseroan) akan melakukan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I JACCS MPM Finance Indonesia Tahap I Tahun 2022.
Perseroan berencana untuk menawarkan Obligasi dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya sebesar Rp 600 miliar.
Direktur Keuangan JACCS MPM Finance Indonesia Hajimu Yukimoto, menjelaskan langkah ini merupakan penerbitan Obligasi kedua Perseroan setelah penerbitan perdana pada tahun 2019.
"Ini dilakukan sebagai strategi pendanaan Perseroan dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan," tutur Yukimoto melalui keterangan resmi, Senin (25/7/2022).
Baca juga: SoftBank Jepang Dukung Carro Beli 50 Persen Saham di MPM Rent Indonesia
Obligasi ini terdiri dari tiga seri, yaitu Obligasi seri A dengan jangka waktu 370 hari kalender, Obligasi seri B dengan jangka waktu 3 tahun dan Obligasi seri C dengan jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal emisi.
Obligasi ini ditawarkan dengan nilai 100 persen dari jumlah pokok Obligasi dan dijamin dengan jaminan khusus berupa fidusia atas Piutang Lancar dengan nilai Jaminan sekurang-kurangnya sebesar 100 persen dari nilai Pokok Obligasi yang terutang.
Baca juga: Banyak Pengangguran MPM Gelar Kelas Mengemudi Profesional untuk Tingkatkan Skill
Bunga Obligasi dibayarkan setiap triwulan atau 3 bulan sejak tanggal emisi, sesuai dengan tanggal pembayaran bunga Obligasi.
Pembayaran Bunga Obligasi pertama masing-masing seri akan dilakukan pada tanggal 10 November 2022, sedangkan pembayaran bunga Obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo Obligasi adalah pada tanggal 20 Agustus 2023 untuk Seri A, tanggal 10 Agustus 2025 untuk Seri B dan tanggal 10 Agustus 2027 untuk Seri C yang juga merupakan tanggal pelunasan dari masing-masing seri pokok Obligasi.
Perseroan telah memperoleh hasil pemeringkatan AA(idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia dalam rangka penerbitan obligasi ini.
"Seluruh dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja, yaitu untuk kegiatan pembiayaan, sewa pembiayaan dan anjak piutang sebagaimana yang ditentukan oleh izin yang dimiliki Perseroan berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku," ungkap Yukimoto.
Industri pembiayaan masih memiliki prospek yang sangat baik terutama, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik dan mencatatkan kenaikan sebesar 3,69 persen di tahun 2021.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama didukung konsumsi dan investasi pemerintah, serta konsumsi masyarakat.
Disamping itu, pertumbuhan pasar otomotif di Indonesia yang masih menjanjikan sebagai pasar otomotif terbesar di ASEAN.