Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Lonjakan inflasi akibat kenaikan harga pangan dan energi dipasar global, telah membuat Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan sejumlah bank central di Asia untuk segera menaikkan suku bunga acuannya, guna mempercepat pengendalian laju inflasi.
“Tekanan inflasi Asia yang tumbuh tetap lebih moderat dibandingkan dengan kawasan lain, tetapi kenaikan harga di banyak negara telah bergerak di atas target bank sentral,” tulis Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF.
Selain lonjakan harga pangan dan energi, membengkaknya laju inflasi di Asia juga didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi global karena isyarat Federal Reserve AS yang mengerek naik suku bunga acuan AS sebesar 75 basis point.
Baca juga: Menilik Kaitan Antara Kenaikan Suku Bunga The Fed, Ekonomi Global, Hingga Nilai Tukar Dolar AS
Alasan inilah yang membuat angka inflasi di sejumlah negara di Asia ikut meningkat hingga mengantarkan kenaikan utang di kawasan Asia melesat menjadi 38 persen dari sebelumnya hanya 25 persen
Mengutip dari Al Jazeera, pembengkakan arus keluar di Asia paling besar dialami oleh India dimana negara Bollywood ini telah mengeluarkan 23 miliar dolar AS sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Membengkaknya arus keluar ini lantas membuat angka inflasi di negara Bollywood melesat mencapai level tertinggi 8 tahun pada bulan Mei hingga menyentuh angka 7,42 persen.
Khawatir apabila lonjakan utang akibat inflasi dapat mengantarkan Asia masuk dalam jurang resesi, membuat IMF memaksa negara-negara di Asia untuk menaikkan suku bunga dengan cepat demi mencegah percepatan arus inflasi.
"Beberapa negara Asia mungkin perlu mengambil langkah-langkah seperti intervensi valuta asing dan kontrol modal untuk memerangi arus keluar dana yang tajam," tambah Krishna.
Baca juga: Imbas Kenaikan Suku Bunga The Fed, Dolar Melanjutkan Pelemahan Nilai Terhadap Yen
Selain mengerek naik suku bunga acuan, IMF juga menyebut bahwa negara di Asia perlu mengambil langkah-langkah agresif seperti melakukan intervensi valuta asing serta menerapkan kontrol modal untuk memerangi arus keluar dana yang tajam.
Meskipun cara ini tak langsung mengantarkan perlambatan inflasi, namun setidaknya dengan menerapkan cara ini IMF berharap agar ekonomi di Asia dapat kembali bergerak positif dengan begitu pendapatan sejumlah negara dapat kembali terangkat mengembalikan arus pengeluaran.