Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat bisnisnya semakin berkembang, pebisnis kuliner seperti restoran kerap dihadapkan pada pengelolaan usaha yang semakin kompleks, tidak hanya menyangkut suplai bahan baku, tapi juga mengelola pemesanan dari customer baik yang berasal dari gerai maupun pemesanan via online.
Belum lagi mengelola tagihan atau piutang seperti pembelian oleh konsumen yang menggunakan kartu kredit.
Pengusaha kuliner akhirnya memerlukan solusi yang bisa menangani urusan yang kompleks tersebut yang bisa dikontrol melalui sebuah dasbor di layar komputer atau smartphone.
Baca juga: Gandeng Sejumlah Pemda, ESB Ajak UMKM Kuliner Genjot Omset Lewat Ekosistem Digital
Esensi Solusi Buana (ESB), perusahaan penyedia software sistem operasional bisnis kuliner all-in-one sejak beberapa tahun terakhir serius menyediakan solusi yang dibutuhkan pengusaha kuliner agar bisnisnya semakin berkembang.
Gunawan Woen, CEO ESB Restaurant Technology mengatakan, perusahaannya memberikan solusi semua kebutuhan pengusaha restoran, mulai dari software yang bersentuhan langsung dengan end customer melayani pemesanan oleh customer di toko dan di luar toko, solusi untuk mendukung operasional restoran seperti kasir.
Baca juga: IFRA 2022: Saatnya Kuliner Daerah Dan UMKM Lokal Merebut Pasar
"Kita juga punya solusi untuk central kitchen, bahkan kita sekarang punya solusi untuk mempertemukan supplier dengan pengusaha F&B seperti marketplace, solusi data untuk dianalisa, dan yang sekarang kita godog, kita lagi siapkan solusi untuk pembayaran dan pembiayaan," ujarnya dalam wawancara dengan Tribunnews melalui virtual baru-baru ini di Jakarta,
Gunawan menambahkan, ESB saat ini fokus untuk membantu pengusaha restoran di bidang pembayaran dan pembiayaan.
Gunawan menyatakan sejak lama tertarik dengan teknologi untuk industri kuliner.
Baca juga: IFRA Hybrid Business Expo 2021 Membuka Luas Peluang Bisnis Waralaba dan Lisensi di Akhir Tahun
"Banyak yang menanyakan mengapa kami memilih sektor F&B, bukan di yang lain. Sejak kecil saya suka pada kuliner dan saya suka memasak. Saat itu saya sudah mendapat beasiswa belajar ke Jepang buat belajardi bidang hospitality tapi nggak jadi. Itu di tahun 1998," ujarnya.
Hal itu membawanya mulai mengenal dunia F&B.
"Saya bekerja di perusahaan konsultan PriceWaterhouse dan kemudian saya keluar bikin perusahaan konsultan sendiri. Sejak saat itu saya mulai banyak mendapatkan klien perusahaan F&B," bebernya.
Dari interaksi dengan pebisnis F&B, Gunawan Woen bisa mendapatkan banyak insight tentang lika-liku bisnis F&B. Terlebih, dia kemudian dipertemukan dengan partner yang sangat menguasai perangkat lunak.
Dari situ saya jadi mengerti kenapa bisnis F&B itu sulitnya kaya apa. Saya bertemu cofounder saya yang mampu bikin software. nCofounder saya ini boleh dibilang programmer yang jenius," jelasnya,
Bulan Oktober 2018 Gunawan Woen dan partnernya meluncurkan perangkat lunak untuk industri F&B.
Dia bertemu dengan seorang pengusaha restoran cukup besar di Jakarta yang memiliki beberapa cabang.
Kepadanya, sang pemilik jaringan restoran mengeluhkan kendala yang selama ini ditemuinya. Pengusaha tersebut mengaku kesulitan mempertemukan koneksi antara toko dengan stafnya di kantor.
"Jadi mereka selalu melakukan rekonsilisasi secara manual misalnya data penjualan dan piutang kartu kredit. Padahal, hal-hal ini bisa diotomatisasi," ujar Gunawan.
Software ciptaan Gunawan Woen dan partnernya akhirnya dia perkenalkan kepada pengusaha tersebut dan menyatakantertarik mencoba. "Mulai sejak itu kita kemudian memperkenalkan software ini ke industri F&B yang dikelola secara profesional yakni industri F&B besar," sebut Gunawan.
"Sebetulnya, software kita menjangkau hanya F&B profesional sampai ke tukang bakso pinggiran. Tapi cara kita masuk ke market yang berbeda. Walaupun kita jualan solusi tapi kita sering dikira jualan POS (point of sales), dan kita selalu dibandingkan dengan kompetitor yang lain."
"Padahal kita ingin masuk ke market yang orang lain susah masuk. Yakni industri F&B besar, mereka ini biasanya yang paling susah untuk ganti sistem."
"Kita kasih konsep kita lalu mereka coba dan mereka suka. Kemudian kita juga turun ke UMKM dengan jenis produk yang berbeda karena jika dibandingkan ke usaha besar tingkat kompleksitasnya berbeda," bebernya.
Dia mengatakan, pengusaha UMKM di Indonesia masih membutuhkan dukungan dan dukungan itu harus ditegaskan melalui komitmen.
"Dukungan untuk UMKM itu yang penting adalah komitmen. UMKM kan butuh dibimbing. Karena itu kita mesti punya komitmen yang kuat. Kita bukan cuma jual produk untuk dipakai," ungkapnya.
Karena itu, untuk mendukung pengembangan UMKM kuliner di Tanah Air, perusahaannya menjalin kerja sama dengan kalangan asosiasi dan lembaga seperti ASENSI, pemerintahan, trainer, hardware dan sebagainya.
"Kita ingin memastikan jika menggunakan software kta, UMKM bisa maju," tegasnya.
Untuk memasarkan perangkat lunaknya ke pasar pemerintahan dan lembaga yang lebih luas, pihaknya belum masuk ke e-procurement. "Kita fokus menggarap terjun membantu usaha mikro agar usaha mereka bisa bangkit lagi," kata Gunawan.
"Kita tawarkan beberapa ekosistem ke pengguna misalnya ekosistem software as a services (SAAS). Mereka pakai software ini sebagai jasa, mereka membayar ekosistem ini sebagai jasa layanan."
"Kita juga menawarkan ekosistem yang merupakan integrasi dari software yang dipakai di toko, gudang, central kitchen, kantor sampai ke pemilik. Jadi pemilik dengan ratusan atau ribuan outlet, cukup dari handphone dia buka dan pantau dan kemudian bisa mengambil keputusan," imbuhnya.
Perusahaannya juga menawarkan ekosistem berdasarkan transaksi. Ini adalah bentuk software yang bisa dipakai oleh end customer untuk melakukan pembelian makanan, minuman, melakukan pembayaran dan mereka bisa ikut program promosi, bisa delivery dan ini bisa ditempatkan di mana-mana.
"Terakhir kita punya ekosistem keuangan dan suplai. Merchant yang menggunakan software kita boleh bayar secara bulanan, tapi sampai sekarang retensi kita mencapai 90,2 persen," ujar Gunawan.
Untuk pengguna UMKM, perusahaannya juga menjalin kerjasama dengan asosiasi dunia usaha, peguyuban dan komunitas pengusaha.
"Kita berikan paket bundling juga dengan hardware-nya juga dan mereka mendapatkan diskon sampai 70 persen. Kami turun langsung ke lapangan dan kami berdiskusi dengan mereka apa yang bisa kami bantu untuk dicarikan solusi permasalahannya. Prinsipnya bagi kita, kalau UMKM maju, kita juga ikut maju," lanjut Gunawan.
Berdasar hasil ujicoba selama ini ke sekitar 1.000-an UMKM, di 2021 sampai Januari 2022, setelah memakai software buatannya rata-ratakan penjualan UMKM kuliner naik 43 persen dengan nilai transaksi per bill yang ikut naik 13 persen.
Hasil ujicoba penggunaan software-nya pada industri F&B yang lebih besar, restorannya yang masih buka bisa beroperasi dengan kapasitas penuh.
"Mereka bisa beroperasi dengan hanya jumlah toko 30 dari 40 persen toko di awal, dengan softwsare kami mereka bisa jualan dengan kapasitas penuh," ungkapnya.
Sejauh ini ada ribuan brand yang menggunakan software ESB seperti industri F&B dari grup MAP. "Kita juga masuk ke industri F&B di luar negeri seperti Malaysia dan Swiss. Kita punya cita-cita menjadi tulang punggung untuk industri F&B di Asia Pasifik," kata Gunawan.
Dalam setahun transaksi yang dijalankan klien ESB lewat sistem software-nya sudah tembus setengah miliar dolar AS dengan jumlah transaksi per bulan mencapai 10 juta transaksi.
"Proyeksi tahun ini kita fokus ke UMKM, kita lagi kejar target jumlah UMKM yang bisa on board ke sistem kita antara 20 ribu sampai 30 ribu UMKM. Soal jumlah transaksi kita proyeksikan bisa tembus 2.5 miliar dolar AS," kata Gunawan.