News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis: Inflasi di Asia Telah Mencapai Puncaknya Dibandingkan Ekonomi di Kawasan Lain

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi inflasi. Kepala Ekonom Asia di perusahaan jasa keuangan Morgan Stanley, Chetan Ahya mengungkapkan inflasi di Asia telah mencapai puncaknya dibandingkan dengan ekonomi di kawasan lainnya seperti Amerika dan Eropa.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Kepala Ekonom Asia di perusahaan jasa keuangan Morgan Stanley, Chetan Ahya mengungkapkan inflasi di Asia telah mencapai puncaknya dibandingkan dengan ekonomi di kawasan lainnya seperti Amerika dan Eropa.

Chetan Ahya mengatakan adanya tanda-tanda inflasi di kawasan Asia akan mengalami penurunan. Inflasi rata-rata di Asia mencapai puncaknya pada 5,5 persen dan sudah turun sekitar setengah persen dari angka tersebut.

“Tentu saja, inflasi sudah mencapai puncaknya jika melihat data yang sudah menunjukkan itu. Lebih penting lagi, ke depan, kami pikir Anda harus melihat risiko penurunan inflasi. Inflasi rata-rata Asia mencapai puncaknya pada 5,5 persen dan sudah turun sekitar setengah persen dari tingkat puncak itu, dibandingkan dengan AS yang mencapai puncaknya pada 9%, dan di Eropa, yang juga sekitar 8,5% dan 9%,” kata Chetan Ahya, yang dikutip dari CNBC, Selasa (16/8/2022).

Baca juga: Tingkat Inflasi Indonesia Masih Positif di Tengah Krisis Global, Jokowi: Kita Harus Tetap Waspada

Ahya mengatakan ada sedikit tanda-tanda yang menunjukkan permintaan barang akan naik di kawasan Asia, yang dapat menurunkan laju inflasi sehingga bank sentral tidak perlu memperketat kebijakan moneternya.

“Cara saya menggambarkan keadaan pemulihan di Asia adalah … sebagian besar ekonomi berada pada tahap pertengahan siklus. Saya pikir itulah alasan paling penting mengapa kami berpikir inflasi akan terkendali dan bank sentral tidak perlu mengambil kebijakan suku bunga ke wilayah yang sangat ketat,” ungkap ekonom ini.

Gubernur Bank of Thailand Sethaput Suthiwartnarueput pada pekan lalu mengatakan bank sentral tidak perlu lagi menaikkan suku bunga yang besar, karena ekonomi Thailand diperkirakan akan kembali ke tingkat pra-pandemi Covid-19 pada akhir tahun ini.

Chetan Ahya juga menjelaskan, permintaan barang merupakan pendorong utama inflasi secara global terutama di kawasan Asia.

“Permintaan barang mengalami peningkatan besar-besaran karena pandemi di AS dan menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Tapi itu semua sembuh sekarang, permintaan turun,” kata Ahya.

Salin itu, pasar tenaga kerja di Asia tidak selemah pasar tenaga kerja AS, sehingga membantu kawasan ini menahan tekanan inflasi, tambah Ahya.

Baca juga: Analis Nilai Kenaikan Harga BBM Subsidi Berpotensi Kerek Inflasi Lebih Cepat

Meski gambaran inflasi di Asia tampak relatif terkendali, namun Chetan Ahya mengatakan prospek ekspor akan tetap lemah, dengan penurunan yang akan mencapai sekitar 1 persen hingga 3 persen secara year-on-year.

“Apa yang perlu kita lihat dari sudut pandang ekonomi, dalam hal implikasi pertumbuhan adalah angka riil dan angka volume riil telah melambat menjadi sekitar 1% hingga 3% pada basis year-on-year. Dulu ini tumbuh sekitar 10% plus, hanya sekitar 12 bulan yang lalu. Kami telah melihat perlambatan besar, dan kami pikir prospek ekspor yang baik untuk Asia tidak terlihat bagus,” ujar Chetan Ahya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini