Pepatah ini mungkin cocok untuk menggambarkan pengalaman ketiga pemilik toko kelontong yang bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC) ini yang selalu berinovasi dalam menjalankan bisnisnya.
Beberapa dari mereka adalah Adi Widodo, pemilik Toko SRC Nikimura; Susmiatiningsih, pemilik Toko SRC Cemara Tujuh; dan Agus Budy Setiawan, pemilik Toko SRC Indra Jaya.
Yuk, simak kisah perjuangan Adi, Susmiatiningsih, dan Agus merintis bisnis toko kelontong hingga akhirnya sukses.
Sempat jualan es keliling, kini bisnis toko kelontong dan punya dua rumah
Saat mulai merintis usaha sendiri, jalan yang dilalui Adi tak mudah. Ia pernah berjualan es keliling yang kala itu harganya Rp1.000 per buah. Meski penuh tantangan, ia tak putus harapan.
Awalnya, toko masih dikelola secara tradisional. Penataan toko belum rapi, barang-barang dagangan masih digantung di berbagai sisi toko. Akhir tahun 2014, Adi bergabung dengan SRC dan sejak itu ia mulai melakukan pembenahan.
Selama dua tahun terakhir, Adi dan istrinya mulai beradaptasi dengan perkembangan zaman dan beralih ke pelayanan secara digital. Proses yang dijalani perlu kesabaran dan ketekunan.
Adi percaya, hasil tak akan mengkhianati usaha. Itu pula yang terjadi kini. Toko SRC Nikimura semakin berkembang. Bahkan, Adi kini sudah memiliki dua rumah yang didapatkan dari hasil bisnis toko kelontong.
Cerita Toko SRC Cemara Tujuh, berawal dari garasi rumah
“Kalau diingat-ingat, saat awal dulu, toko saya masih tradisional sekali. Di garasi, motor harus keluar-masuk saat mau buka toko. Penataan juga masih berantakan sekali,” kata Ningsih.
Tak hanya mengubah tampilan fisik, tetapi juga belajar manajemen toko yang lebih rapi dan tertata.
coach, Mau belajar, itulah yang membuat Ningsih bisa membuat usahanya eksis dan bertahan hingga saat ini.
Toko pernah seperti “hutan”, kini punya 700 pelanggan di aplikasi
“Dulu itu toko kayak hutan, banyak rencengan. Penempatan barang tidak diatur. Jadi saya sering bingung sendiri barangnya di mana saat ada konsumen mau beli,” ujar Agus.
Setelah bergabung dengan SRC, Agus pun menerapkan tiga hal utama yang paling ditekankan yaitu rapi, bersih, dan terang. Toko yang rapi, bersih, dan terang, membuat pelanggan nyaman saat berbelanja. Omzet Toko SRC Indra Jaya pun meningkat tajam.
Menurut Agus, pelanggan di akun SRC Indra Jaya sudah mencapai 700 orang. Pandemi juga tak membuat toko Agus goyah, karena ia telah lebih dulu beradaptasi dengan penggunaan teknologi.
Pengalaman dan proses yang dikisahkan Adi, Agus Budy, dan Ningsih menunjukkan, para pelaku usaha harus beradaptasi di era digital. Berani berubah. Inilah sekelumit “bocoran” kunci sukses para pemilik toko kelontong yang tergabung dalam SRC.
Temukan jawabannya dalam gelaran “UMKM Untuk Indonesia” yang bisa Anda ikuti pada 18 Agustus 2022 melalui tautan berikut ini. Turut hadir pada kesempatan tersebut, di antaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno dan Direktur SRC Rima Tanago.