Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Inflasi harga konsumen Inggris melonjak ke angka 10,1 persen pada Juli 2022, tertinggi sejak Februari 1982.
Meskipun ada kemungkinan dilanda resesi, Bank of England awal bulan ini telah menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,5 persen menjadi 1,75 persen.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (19/8/2022) Bank of England memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya di angka 13,3 persen pada Oktober mendatang.
Baca juga: Mengenal tentang Apa Itu Inflasi, Simak Penyebab dan Dampaknya Berikut Ini
"Setiap kejutan inflasi ke atas memperketat ikatan yang dialami BoE, dengan meningkatnya tekanan inflasi yang dikombinasikan dengan meningkatnya hambatan resesi," kata Luke Bartholomew, ekonom senior di manajer aset abrdn.
Seperti kebanyakan ekonom dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters awal pekan ini, Bartholomew mengharapkan Bank of England menaikkan suku bunga setengah poin lagi menjadi 2,25 persen pada pertemuan berikutnya di bulan September.
Inflasi global
Data yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional pada Rabu (17/8/2022) menunjukkan bahwa harga naik sebesar 0,6 persen di bulan Juli. Sementara tingkat inflasi harga eceran tahunan mencapai 12,3 persen, tertinggi sejak Maret 1981.
Inggris tidak sendirian dalam menghadapi lonjakan pertumbuhan harga, tetapi ada tanda-tanda bahwa negara itu akan terus berjuang dengan kenaikan inflasi yang lebih lama dari negara lain.
Sementara itu, Menteri Keuangan Inggris, Nadhim Zahawi mengatakan bahwa dirinya akan memprioritaskan untuk mengendalikan inflasi.
Baca juga: Ini Sejumlah Langkah yang Dilakukan NFA untuk Kendalikan Inflasi Pangan
Di sisi lain, Bank of England mengatakan, lonjakan harga energi di Eropa akibat dari invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, adalah pendorong utama inflasi dan kemungkinan akan membawa Inggris ke dalam resesi yang panjang.
Namun, ada petunjuk dalam data bahwa tekanan inflasi di masa depan mungkin mulai mereda.
Lebih lama dari yang lain
Perkiraan bahwa masalah inflasi Inggris akan bertahan lebih lama daripada negara lain sebagian berasal dari peraturan harga, yang berarti perusahaan energi harus menunggu sebelum membebankan biaya grosir yang lebih tinggi kepada konsumen.
Menurut analis industri di Cornwall Insight, tagihan energi rumah tangga tahunan saat ini di bawah 2.000 pound atau sekitar 2.421 dolar AS, hampir dua kali lipat levelnya dari tahun lalu dan kemungkinan akan naik di atas 4.000 pound pada Januari tahun depan.
Baca juga: Menko Airlangga: Inflasi Indonesia Cukup Terkendali
“Jutaan rumah tangga Inggris akan berjuang dengan tagihan yang lebih tinggi, dan supermarket melaporkan bahwa pelanggan telah beralih ke merek yang lebih murah,” pungkas analis itu.