Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sekitar 300 orang perajin batik di seluruh Indonesia telah menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero) dan mendapatkan pinjaman dengan total realisasi nilai pinjaman hingga Rp11,503 miliar.
Yuli Astuti, pemilik Muria Batik Kudus, sejak 2006 mengaku membangun bisnis batik sekaligus untuk melestarikan batik Kudus. Menurutnya, batik Kudus yang mengalami kejayaan pada era 1930-an hingga 1970-an mulai punah.
Untuk menjaga warisan budaya itu, dia melakukan penelitian dan membuat batik Kudus dengan menerapkan kearifan lokal.
Baca juga: Ciptakan Nilai Ekonomi, Pertamina Berdayakan Masyarakat Angkat Budaya Lokal DIY Lewat Batik
"Saya memilih menggunakan nama Muria Batik karena sering meneliti sejarah di Gunung Muria yang kemudian saya aplikasikan ke motif batik,” ujar Yuli dalam keterangan dikutip, Senin (22/8/2022).
Sejauh ini, Yuli telah mendaftarkan sekitar 30 motif batik di Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti motif Parijotho, Kudusan, Kapal Kandas, dan batik-batik lainnya yang khas dengan daerah Kudus.
Untuk mengembangkan bisnis batik yang berlokasi di Karangmalang itu, dia telah dua kali mendapatkan pinjaman murah dari Pertamina yakni senilai Rp10 juta pada 2017 dan Rp150 juta pada 2019. Omzetnya meningkat 30 persen hingga Rp100 juta rupiah per bulan.
"Untuk pendanaan dari Pertamina pertama kali dikenalkan oleh teman yang telah lebih dulu menjadi mitra binaan," ucapnya.
Perkembangan setelah mendapatkan pendanaan, lanjut dia, sangat terbantu sekali selain dengan bunga ringan dan pembinaan selama ini.
"Serta kesempatan pameran dan pemasaran yang diberikan Pertamina sangat membantu perkembangan usaha Muria Batik. Walaupun kemarin ada pandemi masih mampu bertahan," tuturnya.
Mitra binaan Pertamina lainnya adalah Iftitakhiyah, pemilik usaha Batik Pekatan, di Depok, Jawa Barat, yang dirintis pada 2019.
Dia yang terlahir dari keluarga pengusaha batik di Pekalongan mengembangkan usaha batik tulis sekaligus menjaga para artisan batik tulis untuk terus berkarya dan memperluas pasarnya.
Dia mempekerjakan tiga pengrajin di Pekalongan, Cirebon dan Lasem, serta dua desainer dan penjahit untuk collection ready to wear.
Selama pandemi, Iftitakhiyah mendapatkan pinjaman murah Rp50 juta pada 2020. Omzet Batik Pekatan mencapai Rp150 juta pada tahun itu.