TRIBUNNEWS.COM - Bisnis tak melulu soal cuan. Ada kepuasan ketika bisnis yang dibangun juga berdampak untuk sesama, minimal lingkungan sekitar kita. Rismia Hidayati, Musrianto, dan Titin Suhartini membuktikannya. Kesuksesan tak hanya milik mereka sendiri.
Melalui usaha toko kelontongnya, mereka menggandeng masyarakat sekitar, yang hasilnya turut berdampak pada peningkatan ekonomi. Sejahtera dan maju bersama.
Ini kisah perjalanan toko kelontong Rismia, Musrianto, dan Titik, yang tergabung dalam Sampoerna Retail Community (SRC), komunitas toko kelontong terbesar di Indonesia yang dibina dan diberi bimbingan oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).
Dari toko kelontong merambah bisnis kuliner
Rismia Hidayati, biasa disapa Mia, memiliki Toko SRC Joyo Roto yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Ia memulai usaha toko kelontong pada 2007, dengan ukuran toko 5x3 meter.
Kala itu, pengelolaan toko masih dilakukan secara tradisional. Perkembangannya pun biasa-biasa saja. Pada 2011, ia bergabung dengan SRC setelah melakukan perubahan pada tokonya.
Dari SRC, Mia belajar bahwa kenyamanan pelanggan penting untuk kemajuan usaha toko kelontongnya. Toko yang tadinya penuh rentengan barang dagangan, mulai dibenahi. Ia juga mengecat tokonya. Alhasil, tokonya jadi rapi, bersih, dan terang.
“Saya enggak nyangka, setelah melakukan perubahan itu, toko jadi rame. Omzet juga ikut naik. Dan sekarang, toko saya sangat berkembang,” kata Mia.
Tak puas hanya berkutat di pengelolaan toko kelontong, Mia juga merambah bisnis kuliner. Pada masa pandemi, bisnis yang lesu membuat para pemilik toko di bawah bimbingan SRC diberi pembekalan untuk melakukan terobosan. Dari situ, Mia punya ide membuat olahan durian dengan menggandeng tetangganya yang merupakan agen buah durian.
Tak hanya mengajak tetangganya berkolaborasi, Mia juga mengajak seorang kenalan yang terkena PHK untuk menjadi kurir.
“Produknya es krim durian. Tetangga saya yang agen durian itu dagangannya lagi mengalami penurunan. Saya ambil duriannya, saya olah jadi es krim, dan yang jadi kurir itu teman saya yang kerjaannya berhenti total saat pandemi,” papar Mia.
Berbagai olahan ini dijual melalui Pojok Lokal yang ada di tokonya. Ia mengatakan, terobosan yang dilakukannya ini setidaknya bisa membuat dirinya dan orang-orang di sekitarnya bisa bertahan di masa-masa sulit.
Dengan perkembangan bisnisnya saat ini, Mia ingin menjadi bagian yang mengubah kehidupan di lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik. Selain tokonya yang kini berukuran jauh lebih besar, yaitu 5x10 meter, Mia juga mendirikan rumah kos. Semua ini berkat ketekunannya merawat Toko SRC Joyo Roto.
Berdayakan tetangga untuk diversifikasi usaha
Masa pandemi juga menjadi tantangan bagi Musrianto, pemilik Toko SRC Nisa di Gresik, Jawa Timur. Saat omzet toko tengah bagus-bagusnya, pandemi menghantam Indonesia. Segala lini kehidupan terdampak, termasuk bisnis toko kelontong.
Setahun setelah pandemi, ia pun berpikir untuk mencoba diversifikasi demi menopang bisnis toko kelontong yang tengah sepi. Bersama istrinya, Musrianto memproduksi keripik pisang yang dijual dengan harga Rp5.500-Rp13.000.
Keripik pisang itu ia titipkan di toko-toko anggota paguyuban SRC di daerah sekitarnya. Ternyata, penjualannya cukup bagus.
Musrianto memperbanyak produksi dan memperluas penjualan dengan merambah paguyuban lain. Untuk memproduksi keripik pisang ini, ia juga memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar kediamannya.
“Ibu-ibu tetangga sini yang enggak kerja, saya libatkan untuk membantu produksi. Lumayan buat pemasukan mereka,” kata Musrianto.
Kini, melalui Pojok Lokal di SRC Nisa, Musrianto tak hanya memberikan ruang bagi produk makanan olahan rumahan yang diproduksinya. Tetangga-tetangga yang memproduksi aneka cemilan juga mendapatkan tempat.
Ada yang memproduksi keripik singkong, sukun, talas, dan lain-lain. Musrianto bersyukur, usahanya juga menjadi berkah bagi lingkungan sekitar.
Usaha toko kelontong Musrianto telah dirintis sejak 2008, setelah ia memutuskan berhenti bekerja di sebuah pabrik. Dengan modal Rp 5 juta, ia membangun toko seadanya.
Perkembangannya, kata dia, biasa saja. 10 tahun kemudian, medio 2018, Musrianto melihat berbagai tampilan toko anggota SRC yang terlihat menarik dan nyaman. Ia pun tertarik setelah ditawari menjadi anggota.
“Saya dapat undangan. Ditanya mau gabung SRC atau tidak, ya saya jawab mau,” kata dia.
Pertengahan 2018, Toko SRC Nisa resmi bergabung dengan SRC. Sejak itu, tampilan dan penataan tokonya lebih modern sehingga berdampak ke omzet yang semakin naik.
Dari awal toko berukuran 3x4 meter, kini semakin luas dengan ukuran 6x6 meter. Dalam menjalankan tokonya, Musrianto selalu menerapkan 3S yaitu Salam, Senyum, dan Sapa.
Titin tebarkan semangat untuk berubah
Titin Suhartini telah memulai usaha toko kelontongnya, Toko SRC Nawang Wulan, sejak 2005. Ia mengelola toko secara tradisional dan seadanya. Belum ditata dengan rapi dan tampilan toko belum menjadi perhatian Titin.
Sekitar 2016, ia diajak bergabung dengan SRC dan mengikuti arahan untuk mengubah penataan toko, serta lebih memperhatikan kebersihan dan penerangan.
Dengan perubahan yang dilakukannya, Titin mengatakan, tokonya menjadi semakin berkembang. Para konsumen juga mengapresiasinya. Perubahan ini dilakukan Titin ketika mendapatkan kesempatan mengikuti acara pesta ritel yang diadakan SRC di Jakarta.
“Saya memang memperhatikan, akhirnya pulang dari Jakarta, saya ubah lagi toko saya. Misalnya, saya membuat layanan air isi ulang, dan berbagai booth makanan seperti tahu walik, jus, ayam pok-pok,” kata Titin.
Ia menyerahkan pengelolaan booth makanan-makanan itu kepada anaknya. Selain itu, Titin juga telah menjadi agen gas elpiji dan distributor 5 merek air mineral.
Pengalaman mengembangkan toko ini juga dibagikan Titin ke toto-toko yang juga tergabung dalam SRC. Titin mengatakan, ia senang bisa membantu sesama pelaku UMKM agar mereka dapat berkembang seperti dirinya.
“Saya kasih pengarahan ke toko-toko SRC, saya cerita bagaimana supaya tokonya menarik. Saya sering bantu teman, menurunkan gantungan, ya pelan-pelan. Saya main ke toko-toko mereka, dan mereka bilang pengen tokonya seperti punya saya. Jadi, saya bantu menata juga,” kata Titin.
Di Toko SRC Nawang Wulan, Titin juga menyediakan Pojok Lokal, yang menampung apa pun hasil produksi dari para tetangganya. Menurut Titin, dengan ruang yang disediakannya ini, ia ingin membantu orang-orang sekitar untuk merasakan manfaat dari keberadaan tokonya.
Titin masih punya banyak cerita soal kiat sukses bisnis yang dilakukannya. Apa saja? Simak kisah Titin, Musrianto, dan Rismia dalam gelaran “UMKM Untuk Indonesia” pada tanggal 31 Agustus 2022 pukul 09.00-11.00.
Mereka juga akan berbagi tentang strategi kolaborasi yang bisa dilakukan sehingga bisnis yang dijalankan juga berdampak untuk semua. Nah, informasi selengkapnya bisa Anda dapatkan melalui link berikut ini!