TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell menyampaikan pidato pada forum kebijakan tahunan The Fed pada Jumat (26/8/2022) di Kota Kansas.
Pidato Jerome Powell yang berdurasi 8 menit tersebut langsung menimbulkan sejumlah efek pada perekonomian dunia. Diantaranya anjloknya kekayaan miliarder dunia hingga dolar menguat ke rekor baru.
Diketahui kekayaan bos Tesla Elon Musk turun sebanyak 5,5 miliar dolar AS pada perdagangan Sabtu (27/8/2022), penurunan serupa juga terjadi pada saham Jeff Bezos pendiri dari raksasa teknologi Amazon berdasarkan data indeks Bloomberg Billionaires usai pidato Jerome saham kekayaan Jeff hilang sebanyak 6,8 miliar dolar AS.
Baca juga: Senator AS Khawatir Kenaikan Suku Bunga The Fed Picu Peningkatan Pengangguran
Penurunan tersebut terjadi setelah Jerome Powell memberikan sinyal hawkish dengan terus mengerek naik suku bunga AS ke level tertinggi sampai laju inflasi turun ke level 2 persen, meski pengetatan kebijakan moneter dipercaya dapat menghentikan laju inflasi.
Menyusul yang lainnya, kekayaan Bill Gates dan Warren Buffett juga ikut terseret turun dengan masing-masing ambles sebanyak 2,2 miliar dolar AS dan 2,7 miliar dolar AS.
Sementara kekayaan Sergey Brin dilaporkan anjlok di bawah 100 miliar dolar pada perdagangan di New York.
Kemungkinan pembengkakan kerugian tersebut akan terus dialami oleh para miliarder dunia, seiring dengan meningkatnya suku bunga acuan yang akan di tetapkan The Fed pada pertemuan di bulan September mendatang.
Kekayaan Miliarder Dunia Anjlok
Kekayaan miliarder dunia anjlok seketika setelah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell memberikan pidato selama delapan menit pada forum kebijakan tahunan The Fed pada Jumat (26/8) di Kota Kansas.
Dalam pidato tersebut, Jerome Powell memperjelas langkah The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan demi menahan laju inflasi.
Baca juga: Dolar Menguat ke Rekor Baru, Terkerek Naiknya Suku Bunga The Fed
Kenaikan bunga akan diberlakukan pada beberapa bulan mendatang dan dipertahankan tetap tinggi.
"Suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih lemah akan menurunkan inflasi. Hal ini juga membawa penderitaan bagi rumah tangga dan pebisnis," kata Poweel dikutip dari Bloomberg, Minggu (28/8/2022).
Powell mengakui bahwa pengendalian inflasi akan merugikan sektor rumah tangga dan bisnis di Amerika, tetapi dia berpendapat itu adalah harga yang pantas dibayar.
Sebab, kegagalan untuk memulihkan stabilitas harga justru akan memberi dampak lebih besar.