TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menilai, kenaikan harga telur ayam yang mencapai harga Rp 30.000 per Kg disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena adanya program bantuan sosial (Bansos) pengalihan subsidi BBM yang rencananya akan dilakukan oleh pemerintah.
Ketua Umum APPSI, Sudaryono menjelaskan bahwa beberapa waktu belakangan ini banyak kontraktor Bansos yang memborong telur dikandang-kandang milik peternak dengan harga tinggi. Sehingga, stok telur yang ada dikandang semakin menipis dan tentunya harga menjadi tinggi ketika dijual dipasar.
"Memang fakta di lapangan karena ada bansos lagi ramai, kandang-kandang peternak diborong oleh kontraktor bansos itu dengan harga tinggi, karena mereka jual ke pemerintah yang diterima oleh penerima bansos," kata Sudaryono kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/8/2022).
Baca juga: Bebani APBN, Pengamat Sarankan Anggaran Subsidi BBM Dialihkan ke Sektor Produktif
Karena itu, APPSI berharap agar program bansos pengalihan subsidi BBM yang rencananya akan dilakukan oleh pemerintah tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai dan bukan berupa barang.
Atau bisa juga pemerintah menggandeng pedagang pasar dalam program bansos tersebut, sehingga tidak memotong jalur distribusi komuditas pangan yang dijual di pasar.
"Jadi saran dari pedagang pasar, bansos itu sebaiknya dalam bentuk tunai atau bisa melibatkan pedagang pasar. Jadi tidak memotong atau bersaingan dengan pedagang pasar yang rantai pasoknya sudah mapan. Jadinya kacau seperti sekarang ini," ujarnya.
Selain itu, Sudaryono juga berharap agar pemerintah melakukan penyusunan skema penyerapan hasil ternak unggas oleh BUMN pangan yaitu Bulog dan PT Berdikari sebagai member Holding BUMN Pangan dan juga Private Sector.
"Sehingga, dalam program operasi pasar yang rencananya akan dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Badan Pangan Nasional, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk menekan harga telur dapat berjalan dengan lancar," tutur Sudaryono.
Sebab, dengan adanya penyerapan hasil ternak unggas oleh BUMN pangan tersebut bisa membuat harga telur dan komuditas pangan lainnya menjadi stabil, diharapkan petani/ peternak tetap untung, pedagang sejahtera, dan terpenting konsumen juga nyaman.
"Karena kalau ini dibiarkan, dampak kenaikan harga telur akan meningkatkan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat akibat nilai uang yang tergerus. Sebab, telur bukan hanya menjadi kebutuhan pokok, namun juga bahan baku penting dalam usaha aneka produk makanan yang pelakunya sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," katanya.
Sebelumnya Kementerian Perdagangan menyebutkan kenaikan harga telur ayam ras disebabkan oleh suplai yang belum normal akibat dari afkir dini saat harga jatuh pada periode Februari-Maret 2022 yang dilakukan peternak untuk mengurangi beban produksi dan kerugian.
Adanya momen pemberian bantuan sosial juga turut mengerek harga telur karena tingginya permintaan saat pasokan terbatas.