Pasar keuangan juga segera bereaksi dengan keputusan Gazprom untuk menutup aliran NS1, dengan melemahnya nilai euro ke level terendah dalam 20 tahun terakhir pada Senin kemarin.
"Aliran gas telah dibatasi bahkan lebih dari yang diharapkan dan kami telah melihat bukti penurunan permintaan yang membebani aktivitas. Kami sekarang memperkirakan Euro jatuh lebih jauh di bawah paritas ($0,97) dan tetap di sekitar level itu selama enam bulan ke depan," kata ahli strategi di Goldman Sachs, Michael Cahill.
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Minggu (4/9/2022) lalu mengumumkan bantuan senilai 65 miliar dolar AS untuk membantu warga dan pelaku bisnis di Jerman mengatasi kenaikan harga energi yang melonjak.
Baca juga: Gazprom Putus Pipa Nord Stream 1, Biaya Impor Energi Italia Melambung Hingga 100 Miliar Euro.
Negara-negara di seluruh Eropa juga sedang mempertimbangkan langkah serupa untuk membantu konsumen di negaranya bertahan di tengah kenaikan harga energi.
Italia salah satunya, yang baru-baru ini menyetujui paket bantuan senilai 17 miliar dolar AS untuk melindungi perusahaan dan konsumen rumah tangga dari lonjakan harga energi dan inflasi.
Finlandia dan Swedia pada hari Minggu kemarin juga mengumumkan rencana untuk menawarkan jaminan likuiditas bernilai miliaran dolar AS kepada perusahaan energi mereka.