Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Dalam acara Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Menteri energi Rusia Nikolai Shulginov mengumumkan negaranya akan mengirimkan lebih banyak pasokan minyak ke Asia.
Pengumuman ini disampaikan Shulginov sebagai tanggapan atas sanksi pembatasan harga minyak Rusia yang dilayangkan kelompok negara G7 termasuk Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Jepang, pada pekan lalu.
Melansir dari Reuters, inisiatif ini dirancang kelompok G7 untuk melindungi konsumen di tengah melonjaknya harga energi, tercatat saat ini harga minyak global telah melonjak di atas 120 dolar AS sementara harga gas alam meroket sebanyak 30 persen.
Baca juga: Uni Eropa Desak China dan India Dukung Pembatasan Harga Minyak Rusia
Kenaikan ini terjadi imbas efek knock-on yang ditimbulkan invasi Rusia - Ukraina hingga membuat pasar global dilanda inflasi.
Tak hanya itu dengan diberlakukannya aturan baru ini nantinya kemampuan Kremlin dalam melakukan ekspor minyak dan gas akan dibatasi, dengan begini Rusia tak dapat lagi mendanai serangan gencarnya di Ukraina.
"Kami percaya bahwa ini adalah cara paling efektif untuk memukul keras pendapatan Putin,” ujar juru bicara Gedung Putih Karin Jean-Pierre.
Tepat sebelum kesepakatan itu ditandatangani, Moskow sendiri telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan menjual minyaknya ke negara-negara yang mendukung program pembatasan harga.
Sebagai gantinya Moskow akan meningkatkan penjualan minyaknya ke negara – negara di Asia.
Untuk mendukung ambisi ini Putin bahkan memberikan harga diskon bagi para impor Asia yang ingin melakukan pembelian minyak Rusia, kesempatan ini lantas dimanfaatkan India dan China untuk memborong minyak mentah Moskow hingga jumlah impornya meningkat 50 persen menjadi 285 miliar dolar AS pada tahun 2022. Mengungguli total ekspor minyak Rusia ke 27 negara anggota Uni Eropa.
Selain kedua negara diatas, belakangan Sri Lanka yang sedang menghadapi krisis ekonomi juga mulai melirik minyak mentah diskon dari Rusia.
Langkah serupa juga diikuti oleh rezim militer Myanmar yang baru-baru ini mengatakan bahwa mereka tengah menyepakati kontrak kerjasama impor minyak mentah dari Rusia, dikutip dari Business Insider.