TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis pakaian bekas di Jakarta tidak hanya bisa ditemukan di kawasan Pasar Senen di Jakarta Pusat saja. Aneka pakaian bekas termasuk koleksi sepatu dan tas bekas yang diimpor dari luar negeri juga bisa ditemukan di Blok M Square di Jakarta Selatan.
Blok M Square selama ini memang dikenal sebagai salah satu destinasi masyarakat yang mencari produk fesyen. Para pedagang pakaian di mal ini menempati hampir seluruh lantai mal tersebut.
Salah satu toko yang menjual pakaian bekas impor adalah LaWas Vintage Thrift.
Toko ini tergolong baru lantaran mulai berdiri dan menempati lantai basement Blok M Square dua bulan yang lalu. Sesuai namanya, toko ini menjual aneka pakaian seperti kaos, jaket, dan hoodie bertema klasik.
Umumnya, motif pada pakaian tersebut berupa logo atau gambar musisi global, seperti Metallica, My Chemical Romance, Incubus, Bob Marley, dan lain sebagainya.
“Produk ini merupakan barang seken yang diimpor dari beberapa negara Eropa dan Asia,” ujar Putra, Pemilik LaWas Vintage Thrift, Rabu (14/9).
Baca Juga: Raih Penjualan US$ 348,8 Juta pada Semester I-2022, Begini Respons Manajemen Sritex
Putra mengaku membutuhkan modal sekitar Rp 80 juta untuk membuka usaha pakaian tersebut. Modal tersebut meliputi sewa toko, membeli stok barang, dan lain-lain.
Baca juga: Mengandung Jamur Kapang, Mendag Zulkifli Musnahkan 750 Bal Pakaian Bekas Impor Senilai Rp 8,5 Miliar
Untuk saat ini, ia berharap setidaknya bisnisnya dapat balik modal terlebih dahulu.
Permintaan terhadap produk-produk pakaian yang dijual oleh Putra diklaim cukup positif. Ini mengingat toko pakaian bertema klasik yang beroperasi di Blok M Square sangat sedikit.
Bahkan, di lantai basement hanya toko tersebut saja yang menyediakan pakaian klasik.
Belum lagi, harga jual pakaian ini cukup terjangkau mulai dari Rp 60.000 sampai Rp 900.000 per potong, sehingga terjangkau untuk banyak kalangan masyarakat.
Baca juga: Lapak Pakaian Bekas di Pasar Senen Diserbu Warga, Pedagang: Duit THR Masih Baru
“Biasanya yang beli di toko ini anak-anak muda. Mereka biasa beli pakaian yang harganya kisaran Rp 100.000 atau Rp 300.000-an,” ungkap Putra.
Pedagang pakaian bekas lainnya adalah Bosman yang berjualan di lantai 1 Blok M Square. Bila dilihat, toko milik Bosman cukup luas, hampir memenuhi seluruh ruang di salah satu sisi lantai 1 mal tersebut.
Bosman mengaku sudah berjualan di Blok M Square sejak dua tahun yang lalu. Produk yang dijual adalah pakaian pria dan wanita, meliputi kaos, kemeja, celana, rok, hingga jaket dengan tipe yang beragam.
Baca juga: Pakaian Bekas Impor Menggerus Produk Lokal
Pakaian-pakaian itu ternyata awalnya merupakan barang yang hendak diekspor ke luar negeri. Tetapi, karena tidak terserap, akhirnya produk tersebut dibeli oleh Bosman untuk kemudian dijual kembali di pasar lokal.
Bosman menjual produknya dengan harga miring, yakni di kisaran Rp 50.000 sampai Rp 150.000 per potong. Padahal, harga aslinya jauh lebih besar dari itu.
Sebagai contoh, ada salah satu kemeja flannel yang terpantau memiliki label harga US$ 35,50 atau setara dengan Rp 525.400 mengacu kurs Rp 14.800 per dollar AS. Nyatanya, kemeja ini dijual dengan harga Rp 50.000 saja.
Baca juga: Kisah Pedagang Pakaian Bekas Impor: Untung Menurun, Diperas Oknum Tiap Hari
Kendati menjual dengan harga yang murah, bukan berarti bisnis pakaian Bosman berjalan mulus.
Ia mengakui adanya pandemi Covid-19 hingga kenaikan harga BBM mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, termasuk untuk membeli pakaian.
“Sekarang ini tampak sepi yang beli, jadinya kami tunda dulu stok barang baru. Mudah-mudahan akhir tahun bisa ramai lagi,” ujarnya.
Laporan Reporter: Dimas Andi | Sumber: Kontan