Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Perusahaan induk Louis Vuitton, LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton (LVMH), berencana mengurangi penggunaan lampu di toko-tokonya sebagai langkah penghematan energi musim dingin ini.
Melansir dari The Guardian, Louis Vuitton akan mematikan lampu di tokonya lebih awal, dimulai dari Prancis pada bulan Oktober mendatang, sebelum menyebarluaskan rencana ini ke seluruh dunia.
LVMH mengatakan akan mematikan lampu di tokonya tiga jam lebih awal, membiarkan tokonya gelap antara pukul 10 malam hingga 7 pagi. Kantor LVMH juga akan mematikan lampu pada pukul 9 malam.
Baca juga: Gelaran Shopee Java in Paris Pertemukan Gibran dan Petinggi Louis Vuitton, Potensi Kolaborasi?
Selain itu, perusahaan asal Prancis ini berencana menurunkan termostat, alat pengontrol suhu ruangan agar selalu stabil sesuai kebutuhan, di toko-tokonya di seluruh dunia.
LVMH tercatat mengoperasikan 522 toko dan 110 pabrik produksi di Prancis. Perusahaan ini berjanji untuk menurunkan pengaturan suhu di lokasi industri sebesar 1 celcius pada musim dingin dan menaikkan suhu sebesar 1 celcius di musim panas.
Langkah-langkah tersebut diklaim dapat memotong penggunaan energinya hingga 10 persen.
Rencana tersebut datang menyusul seruan dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada bulan ini yang mendesak industri, rumah tangga, dan otoritas lokal untuk mengurangi konsumsi listrik sebesar 10 persen sebagai tanggapan atas pembatasan pasokan gas Rusia dan melonjaknya harga energi.
Pekan ini pihak berwenang di Paris mengatakan lampu di Menara Eiffel akan padam satu jam lebih awal.
Bulan lalu, Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne, memerintahkan perusahaan-perusahaan di negaranya untuk menyusun rencana penghematan energi bulan ini.
Baca juga: Ini Harga Tas Louis Vuitton yang Dipakai BTS, Ada yang 200 Juta Rupiah
Borne juga memperingatkan dampak jika pemerintah Prancis menjatah pasokan gas dan listrik.
Perusahaan ritel di seluruh dunia diharapkan dapat menerapkan langkah-langkah tersebut untuk mengurangi tagihan gas dan listrik mereka pada musim dingin ini.
Primark Stores Limited, perusahaan ritel asal Irlandia, mengatakan pada pekan lalu pihaknya memperkirakan laba yang lebih rendah tahun depan, karena perusahaan sedang bergulat dengan penguatan dolar AS dan melonjaknya tagihan energi tahunannya sekitar 100 juta Poundsterling.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Primark telah menghadapi peningkatan tagihan energi sebesar 10 juta Poundsterling, namun tahun ini angka tersebut diperkirakan naik 10 kali lipat, menurut juru bicara perusahaan induk Primark, Associated British Foods.