News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cegah Ketergantungan Pada Dolar AS, Bank Indonesia Terapkan Transaksi DNDF

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Bank Indonesia tengah mengurangi ketergantungannya terhadap dolar AS sebagai gantinya Indonesia akan mulai mengaktifkan penggunaan uang lokal sebagai sarana transaksi pembayaran domestik.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia tengah mengurangi ketergantungannya terhadap dolar AS sebagai gantinya Indonesia akan mulai mengaktifkan penggunaan uang lokal sebagai sarana transaksi pembayaran domestik.

Dengan mengaktifkan transaksi pembayaran non-deliverable forward atau DNDF di pasar domestik, Edi Susianto direktur untuk manajemen moneter mengatakan bahwa cara ini dilakukan untuk memperdalam pasar valuta asing sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

“Inisiatif kami untuk mengurangi ketergantungan pada dolar as relatif baru, tetapi kami melihat pertumbuhan yang signifikan dalam hal transaksi pembayaran mata uang lokal,” kata Susianto dikutip Bloomberg.

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Potensi Ekonomi Digital RI Bisa Tembus 120 Miliar Dolar AS di 2025

DNDF secara sederhana merupakan instrumen derivatif seperti kontrak forward, yang bertujuan untuk melindungi nilai atau hedging suatu mata uang.

Namun bedanya dalam DNDF, kedua belah pihak yang bertransaksi hanya menyerahkan selisih kurs yang telah dikonversi kedalam rupiah menggunakan benchmark jisdor (Jakarta interbank spot dollar rate).

Langkah ini dilakukan agar intervensi bank Indonesia dapat mengangkat nilai rupiah dari titik terendahnya sejak 2020, dimana pada penutupan perdagangan rabu (29/9/2022) nilai rupiah telah menyentuh ke level Rp 15.200 per dolar.

Pelemahan rupiah juga terjadi bersama dengan anjloknya mata uang lain di kawasan Asia. Penurunan ini terjadi imbas dari adanya pengetatan moneter yang dilakukan bank sentral The Fed, dengan mengerek naik suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin pada awal pekan lalu.

Hingga membuat kinerja greenback melesat pesat terhadap enam mata uang dunia lainnya termasuk rupiah, dengan naik menyentuh rekor tertingginya sejak dua dekade.

Penguatan dolar yang berlebih di khawatirkan semakin membuat mata uang negara – negara lain terus mengalami depresiasi.

Baca juga: Rupiah Pagi Ini Juga Dibuka Melemah ke Rp 15.165 Per Dolar AS

“Ke depan, kami akan terus mendorong lebih banyak transaksi non-dolar dengan rupiah. karena kami akan mulai berfokus pada alat yang dapat mengatasi ekspektasi pasar karena tingginya volatilitas,” ujar Susianto.

Indonesia tak sendiri, nantinya Malaysia, Thailand serta Jepang juga akan mulai mengaktifkan kembali transaksi dalam mata uang non-dolar, mengingat dalam pada agustus lalu transaksi DNDF telah tembus hingga 2,8 miliar dolar AS.

Diperkirakan dengan mengaktifkan sistem pembayaran ini nilai rupiah bisa kembali menguat sebanyak 10 persen selama tahun ini.

Tak hanya itu sistem ini diharapkan juga dapat semakin meningkatkan kepercayaan pasar rupiah di tengah fundamental ekonomi negara serta penguatan nilai dolar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini