News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Memilih Ulang Pilihan Instrumen Investasi Agar Tetap Cuan di Masa Resesi

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (3/1/2022). Saham-saham sektor keuangan, consumer goods, telekomunikasi, terutama batubara diprediksi masih memilIki kinerja yang ciamik di tengah ancaman resesi. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menghadapi ancaman resesi ekonomi global yang sudah di depan mata, investor perlu menata ulang pilihan instrumen investasinya agar tetap cuan.

Investor perlu memilah-milah dan memilih-milih instrumen investasi apa saja yang aman dari hantaman resesi.

Kendati resesi mengancam di depan mata, Analis memprediksikan perekonomian Indonesia masih cukup kuat. Terlebih, perekonomian Indonesia diramal tetap tumbuh sekitar 5 persen di tahun depan.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, sentimen positif itu datang dari neraca perdagangan, Foreign Direct Investment (FDI), serta harga komoditas energi yang meningkat.

Jika berbicara investasi dalam negeri dengan mengacu kondisi tadi, maka menurut Wawan, investasi saham jadi yang paling menjanjikan untuk saat ini.

Saham-saham sektor keuangan, consumer goods, telekomunikasi, terutama batubara diprediksi masih memilIki kinerja yang ciamik yang bakal mendorong performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca juga: Investasi Makin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Pembelian SBN di BRImo

Hal itu ditambah lagi tahun depan menjelang satu tahun pemilihan presiden (pilpres) yang biasanya akan ada peredaran atau distribusi kekayaan dari pusat ke daerah.

"Ini diharapkan memicu pertumbuhan ekonomi karena pilpres masih positif untuk IHSG. Kalau investasi saham sampai 2 tahun ke depan, saya melihatnya masih sangat optimis," ungkap Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: Korban Investasi Robot Trading Net89 Surati Presiden Jokowi

Sama hanya dengan saham, investasi pada obligasi juga masih menarik. Namun, Wawan menyarankan obligasi untuk tenor 3 tahun karena Yield tinggi.

Yield untuk jangka 10 tahun saja sudah 7,5% untuk Surat Utang Negara (SUN). 

Apalagi jika investor berani mengambil obligasi korporasi maka imbal hasil lebih besar dari obligasi pemerintah. Meskipun dari sisi risiko memang lebih tinggi namun secara imbal hasil jauh lebih menarik dua sampai tiga kali dari deposito.

"Kalau kita bicara SUN untuk dipegang 3 tahun, rugi kecil sekali. Karena tiap tahun dapat kupon. Kupon SUN rata-rata 6%, sehingga kalau 3 tahun menjadi 18%. Harga SUN tidak akan turun sedalam itu," ujar Wawan.

Baca juga: KAI Expo 2022 Siap Digelar, Ajang Pengenalan Produk hingga Peluang Investasi

Sisanya, instrumen investasi juga bisa dialokasikan untuk pasar uang.

Daripada memegang uang tunai ataupun menyimpan di Bank, Wawan mengatakan lebih baik berinvestasi di reksadana pasar uang karena dianggap lebih likuid.

Wawan menuturkan, salah satu strategi investasi saat ini adalah shifting. Investor disarankan mulai beralih ke obligasi jangka pendek.

Dengan asumsi jangka waktu investasi untuk waktu tiga tahun, alokasi asetnya menggunakan komposisi saham 40%, obligasi 40%, 20% sisanya untuk pasar uang.

Laporan Reporter: Noverius Laoli | Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini