Chatib memandang di sisi lain inflasi Indonesia di level produsen sudah sekitar di atas sembilan persen sementara di level konsumen itu lima persen.
Baca juga: Imbas Krisis Semikonduktor, Inden Produk Honda Sampai Tiga Bulan
“Logikanya produsen kan tidak mungkin mau jual rugi, masa costnya lebih mahal dari harga jual, dalam hal ini Bank Indonesia pasti akan meningkatkan suku bunga untuk menghandle inflasi,” jelas dia.
Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam saat dihubungi mengatakan tidak melihat Indonesia sebagai calon pasiennya IMF.
Perekonomian Indonesia diperkirakan mampu bertahan walaupun banyak negara mengalami resesi dan kesulitan keuangan tahun depan.
“Indonesia tidak memiliki beban utang yang besar dan sangat disiplin dalam hal utang sebagaimana telah diatur dalam UU,” ucap Piter.
Menurut dia, defisit APBN selama ini terjaga dibawah tiga persen PDB sehingga total utang Indonesia tidak pernah mendekati 60 persen PDB.
“Saat ini utang Indonesia masih dikisaran 40 persen PDB. Di sisi lain perekonomian Indonesia juga cukup resilience dengan demikian pemerintah tidak mengalami kesulitan memutar utangnya, menerbitakan surat utang baru untuk menutup utang lama,” jelas Dosen Perbanas Institute tersebut.
Piter menilai kondisi ekonomi negara-negara yang berlindung kepada IMF sangat berbeda dengan Indonesia.
Hal itu karena perlambatan ekonomi sehingga menyebabkan mereka sulit memutar utang dan sehingga berpotensi memunculkan masalah fiskal.
Baca juga: Inflasi Oktober 2022 Diprediksi Tembus 1,1 Persen, Bensin dan Tarif Angkutan Kota Jadi Penyebabnya
Kondisi ini lebih lanjut semakin menekan perekonomian, memunculkan masalah sosial dan politik.
Resesi Depan Mata
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, potensi resesi global semakin terlihat didepan mata.
Sebanyak 28 negara yang berlindung pada International Monetary Fund (IMF) menjadi bukti nyata.
“Sudah ada 28 negara yang masuk untuk memperoleh bantuan IMF, 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Tentu ini magnitude nya lebih besar daripada krisis di tahun 98,” kata Airlangga.