Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) pada September diperkirakan melambat.
Investor saat ini tengah menantikan perilisan data inflasi Amerika Serikat yang dapat menentukan pengetatan moneter The Fed.
Menurut data yang dikutip dari Bloomberg, indeks IHK AS pada September menyusut jadi 8,1 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya IHK dipatok di kisaran 8,3 persen selama Agustus 2022.
Baca juga: Jelang Rilis Data Inflasi Amerika Serikat, Bitcoin Bertahan di Kisaran Level 19 Ribu Dolar AS
"Jika indeks harga produsen September merupakan indikasi, itu mungkin masih belum terjadi," ujar Ekonom senior di perusahaan trading saham Optiver, Sumit Kendurkar.
Meski data inflasi bulanan diperkirakan menunjukkan penurunan, namun hal tersebut tampaknya tak berlaku bagi IHK Inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi.
Dimana selama September terpantau bergejolak, hingga IKH Inti diperkirakan naik menjadi 6,5 persen dari 6,3 persen.
Walau secara keseluruhan data inflasi AS menyusut namun dengan adanya kenaikan IHK inti membuat para investor meyakini bawah The Fed akan kembali mengambil sikap hawkish.
Terlebih pada pertemuan FOMC pada 20 hingga 21 September kemarin, para pejabat bank sentral AS telah sepakat untuk meningkatkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin menuju kisaran target 3 persen hingga 3,25 persen.
Sejumlah pejabat mengatakan langkah ini harus diambil untuk menyeimbangkan laju inflasi ke target 2 persen, sehingga dapat mengurangi risiko dan dampak negatif yang akan terjadi terhadap prospek ekonomi AS.
Baca juga: Kepala Ekonom IMF: Pertarungan Bank Sentral Melawan Inflasi akan Berlanjut Hingga 2024
Sebelum The Fed memutuskan untuk mengerek naik suku bunga acuan pada pertemuan di Oktober nanti, pergerakan S&P 500 dan obligasi AS telah goyah ke level paling negatif sejak 2015, pada perdagangan Kamis (13/10/2022).
Bahkan kondisi pasar mata uang, dolar juga ikut terseret jatuh hingga nilainya melemah terhadap mata uang lainnya usai imbal hasil Treasury 10-tahun AS gagal menahan posisi tertinggi multi tahun.
"Lintasan data inflasi yang cenderung menurun mulai terasa seperti angan-angan karena data telah datang berombak terbaik," jelas Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi di BMO Wealth Management.
Beberapa investor AS saat ini masih berharap The fed dapat menurunkan suku bunga yang lebih rendah dari perkiraan.
Sementara investor di Inggris sedang menunggu keputusan Bank of England yang rencananya akan mengakhiri program pembelian obligasi darurat yang diluncurkan untuk menenangkan pasar.