News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menteri Erick Dorong Kemandirian Industri Farmasi Nasional Lewat Produksi Vaksin BUMN

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN Erick Thohir baru-baru ini meresmikan produksi vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Bio Farma

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN Erick Thohir baru-baru ini meresmikan produksi vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Bio Farma.

Vaksin yang diberi nama Indovac ini menggunakan teknologi terkini recombinant protein subunit.

"Meski saat ini pandemi Covid-19 sudah terbilang dapat dikendalikan. Namun demikian produksi vaksin dan penggembangannya tetap harus terus dilakukan. Terlebih di saat situasi geo politik seperti saat ini, banyak negara memprioritaskan produksinya untuk kebutuhannya sendiri," ujar Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Satibi Ali Kusnadi menanggapi peresmian produksi vaksin Covid- oleh Bio Farma.

Baca juga: Dalami Industri Kendaraan Listrik, Menperin Kunjungi Pabrik Motor Listrik Viar di Semarang

Dia menilai strategi produksi vaksin Covid-19 oleh Biofarma yang diinisiasi oleh Menteri Erick dinilai Satibi sudah tepat. Karena Vaksin sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia

"Saya melihat vaksin serta obat merupakan produk strategis selain energi dan pangan. Apa lagi dengan jumlah penduduk yang cukup besar maka kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan akan vaksin di Indonesia juga sangat vital," ujar Satibi.

"Saat ini vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak juga belum dilakukan. Diharapkan dengan produksi vaksin Covid-19 oleh Biofarma ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap vaksin dan obat dari negara lain," lanjutnya.

Satibi melihat potensi Indonesia untuk tidak tergantung obat dan vaksin dari negara lain sangat besar. BUMN seperti Bio Farma sudah menjadi salahsatu produsen vaksin terbesar di dunia.

Bahkan beberapa vaksin yang diproduksi oleh BUMN farmasi juga sudah diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia. Seperti vaksin antisera.

Bahkan BUMN seperti Pertamina dikatakan Satibi berpotensi untuk dapat membuat bahan baku obat seperti Para Amino Phenol (PAP). PAP merupakan salah satu bahan obat Parasetamol.

Satibi menyatakan 90 persen bahan baku obat dan vaksin saat ini masih berasal dari negara lain. Dia percaya dengan dukungan Pemerintah dan besarnya pasar di Indonesia, BUMN farmasi Indonesia bisa memproduksi bahan baku obat dan vaksin.

Baca juga: Dongkrak Ekspor, Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang Dipercepat

Tanpa adanya produksi bahan baku obat dan vaksin, niscaya kemandirian pelayanan kesehatan di Indonesia akan tercapai. Sehingga dengan produksi vaksin Indovac oleh Biofarma ini merupakan prestasi tersendiri bangsa Indonesia.

"Langkah Menteri Erick meminta Bio Farma memproduksi Indovac sudah sangat tepat. Kemandirian terhadap vaksin dan bahan baku obat merupakan suatu yang mutlak dilakukan oleh bangsa Indonesia," ungkap Satibi.

Karena itu, Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan sinergitas antara BUMN, perusahaan farmasi Nasional dan perguruan tinggi dalam memproduksi vaksin serta bahan baku obat.

"Dengan adanya sinergitas tersebut ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku obat dan vaksin dari negara lain dapat terus berkurang," kata dia.

Selain memproduksi obat, Menteri Erick juga meminta agar BUMN farmasi seperti Kimia Farma dapat menggembangkan dan memproduksi obat-obat dari bahan herbal asli Indonesia.

"Indonesia memiliki keragaman hayati yang sangat besar. Langkah Menteri Erick meminta BUMN menggembangkan dan memproduksi obat herbal merupakan peluang bagi penggembangan produk obat yang berasal dari bahan natural," kata Satibi.

"Mestinya dukungan Pemerintah tak hanya dari Menteri Erick tetapi Kementrian Kesehatan agar dapat mendorong tenaga kesehatan memberikan resep obat herbal. Sehingga fitofarmaka bisa menjadi produk unggulan Indonesia. Saat ini masih minim tenaga kesehatan yang meresepkan fitofarmaka," ujar Satibi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini