Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebutkan, dunia bisa mengalami triple crisis yakni soal keamanan, ekonomi, dan lingkungan.
Perencana keuangan Ahmad Gozali menilai krisis ekonomi pada 2023 akan seperti gabungan antara krisis 2020 dan 2008.
"Krisis 2008 adalah krisis ekonomi di mana suku bunga tinggi dan kesulitan likuiditas di sektor keuangan, sedangkan krisis 2020 adalah perlambatan ekonomi karena faktor produksi dan konsumsi yang menurun," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Senin (17/10/2022).
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bangkitkan Kekhawatiran krisis Ekonomi Asia di Era 1990
Menurutnya, dampak dari krisis ini adalah berkurangnya serapan pekerjaan dan meningkatnya pengangguran, sehingga akan mempengaruhi faktor keamanan seperti diramalkan SBY.
Kendati demikian, Indonesia diperkirakan lebih tangguh dalam menghadapi krisis ini karena perputaran ekonomi ditunjang konsumsi tetap tinggi, serta masih ada peluang untuk berinvestasi.
"Tantangan buat Indonesia adalah suku bunga tinggi dan risiko kurs. Sementara untuk investasi, yang biasanya lebih menarik di saat kondisi seperti itu adalah surat utang (obligasi atau sukuk)," kata Ahmad.
Dihubungi terpisah, peneliti senior sekaligus ekonom Poltak Hotradero menambahkan, krisis ekonomi global juga akan berdampak ke Indonesia meski tidak separah negara-negara maju.
"Rasanya sih tidak (dahsyat dampaknya), akan lebih baik dibandingkan banyak negara berkembang di dunia," tutur dia.
Adapun dari sisi peluang berinvestasi, Poltak menyarankan investor yang berusia muda atau milenial untuk lebih cermat dalam memahami isi laporan keuangan perusahaan terbuka.
"Belajar baca laporan keuangan. Tidak akan bisa menemukan perusahaan bagus dengan harga murah kalau tidak bisa baca laporan keuangan," pungkasnya.