Luasan ini bertambah 194,71 ribu hektare atau naik 1,87% dibandingkan luas panen padi di 2021 yang sebesar 10,41 juta hektare.
Yadi Sofyan Noor yakin, di sisa tiga bulan tahun ini produksi beras tidak akan terganggu signifikan. Meski ia mengakui cuaca ekstrem menyapa menjelang akhir tahun.
Dalam prakiraan cuaca yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi cuaca ekstrem terjadi pada tanggal 15 Oktober hingga 21 Oktober 2022.
Baca juga: Harga Beras Naik, Menteri Perdagangan Diminta Presiden Jokowi Lakukan Stabilisasi Harga
"Yang harus dijaga adalah menyiasati musim. Petani harus dapat beradaptasi dengan cuaca. Salah satu antisipasinya, pemberian pupuk dan pestisida jangan sampai terlambat," pinta Yadi.
Untuk tahun depan, Yadi memperkirakan produksi beras masih akan mencatatkan surplus pada 3 bulan pertama dengan kisaran 1 juta hingga 2 juta ton. Kementerian Pertanian sendiri memprediksikan produksi padi tahun 2023 mencapai 54,5 juta ton gabah kering giling atau GKG.
"Artinya dengan pelajaran tahun ini, kita akan lebih siap tahun depan. Intinya kalau menjaga luas panen, kita maksimalkan sarana produksi yang lebih masif, termasuk alsintan (alat dan mesin pertanian)," kata Yadi.