Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) akan melakukan investasi dengan membangun pabrik minuman ready to drink (RTD) atau siap minum di 2023, meski sebagian kalangan menilai sebagai tahun yang gelap untuk ekonomi.
Tidak hanya itu, perusahaan juga akan membangun tempat hiburan berupa museum transportasi roda dua serta hotel di sekitar Ungaran, Semarang.
"Kedua, kita bangun di Ungaran tempat untuk hiburan ada museum transportasi, tapi yang roda dua, serta hotel di Ungaran dekat pabrik jamu itu. Kalau krisis kita kena, saya tidak mau investasi, feeling saya tidak, Indonesia terlalu kaya untuk krisis," ujar Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat di Kantor Sido Muncul, Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Menurutnya, faktor pertama yang menghindarkan Indonesia tertimpa krisis ekonomi tahun depan adalah kekayaan alam.
Baca juga: Sido Muncul Luncurkan Alangsari Cool, Minuman Herbal Siap Minum
"Pondasi yang pertama kekayaan alam luar biasa, mulai dari tambang dan lain-lain. Terus air, tapi airnya sekarang sudah benar-benar di-manage, kalau dulu kaya air dibuang ke laut, sekarang Pak Jokowi bangun 34 bendungan lebih sudah, nanti di akhir pemerintahan 65 bendungan," kata Irwan.
Lebih lanjut, kalau tahun depan resesi, Indonesia juga tidak terlalu bergantung terhadap keuangan global termasuk pasar saham.
"Jadi, misalnya kayak saham-saham itu dulu sampai 60 persen asing, sekarang cuma 20 sekian persen orang asing yang punya saham di negeri kita," tuturnya.
Irwan menambahkan, justru sekarang yang terhantam krisis adalah negara-negara maju khususnya di Eropa karena ada perang yang menimbulkan krisis energi dan krisis pangan.
"Tapi, mestinya Indonesia tidak krisis pangan, beras swasembada, air banyak, bahan tambang banyak, ya kalau ada air pasti ada peternakan. Jadi, menurut saya kalau dunia ini resesi kita ya kena, tapi mudah-mudahan kenanya 5 persen, kalau yang berat negeri yang tergantung global semua ekspor kemana-mana keuangan terkait semua, kan Indonesia tidak," pungkasnya.