News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rupiah Masih Berpotensi Melemah, Pengamat Ungkap Kemungkinan ke Arah Rp15.800 per Dolar AS

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat. Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan masih akan mengalami pelemahan pada Senin (7/11/2022), yakni ke arah level Rp15.800 per dolar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan masih akan mengalami pelemahan pada Senin (7/11/2022), yakni ke arah level Rp15.800 per dolar AS.

Sebelumnya pada Jumat (4/11/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.738.

Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, fluktuasi rupiah pada Senin masih terdampak berbagai sentimen, baik internal maupun eksternal.

Salah satunya indeks dolar AS yang masih cukup kuat imbas adanya kebijakan Bank Sentral AS alias The Fed, yang telah menaikkan suku bunga.

Baca juga: Rupiah Tersungkur di Penghujung Pekan, Tembus Level Rp15.738/Dolar AS

Diketahui, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, melanjutkan upayanya untuk menurunkan inflasi.

Kedepannya, bank sentral AS mengisyaratkan masih ada kenaikan namun dengan poin yang lebih kecil.

Bank sentral telah menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi konsumen AS yang telah mencapai level tertinggi dalam empat dekade.

"Dalam perdagangan akhir pekan kemarin, mata uang rupiah ditutup melemah 43 point walaupun sebelumnya sempat melemah 45 point dilevel Rp15.738 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.695," ucap Ibrahim dalam analisanya, (4/11/2022).

"Sedangkan untuk perdagangan Senin besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.710 hingga Rp15.780," sambungnya.

Ibrahim melanjutkan, pasar domestik juga masih terus memantau perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2022 yang diperkirakan tetap sehat, dan neraca transaksi kuartal III-2022 diperkirakan kembali mencatatkan surplus.

Hal ini ditopang oleh kinerja positif dari Neraca Perdagangan yang membukukan surplus 14,9 miliar dolar AS pada kuartal III-2022.

"(Pelemahan rupiah kemarin imbas) indeks dolar yang sedikit mundur pada hari Jumat, tetapi tetap mendekati level tertinggi dua minggu setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan," ucap Ibrahim.

"Bank sentral memperkirakan suku bunga AS akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari perkiraan semula," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyai Indrawati menyebut bahwa pelemahan rupiah masih cenderung lebih baik daripada mata uang negara lain.

Menurut bendahara negara RI, rupiah terdepresiasi 8,62 persen (year to date/ytd) hingga 31 Oktober.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Ambrol, Tembus ke Level Rp 15.727 per Dolar AS

Tetapi pelemahan mata uang Garuda masih lebih baik dibandingkan mata uang India yang terdepresiasi mencapai 10,20 persen, Malaysia 11,86 persen, dan Thailand 12,23 persen.

Sri Mulyani menjelaskan, tren depresiasi nilai tukar terdampak menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter, utamanya Amerika Serikat (AS).

"Rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara berkembang lain, seperti India, Malaysia, dan Thailand, sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, (3/11/2022).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini