News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kinerja GOTO

Investasi Telkomsel di GOTO Berpotensi Rugikan Negara, Komisi XI DPR Minta OJK Selidiki

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah kalangan menilai langkah investasi Telkomsel di GoTo janggal, sarat konflik kepentingan dan karenanya, berpotensi merugikan negara.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR-RI Kamrussamad menyatakan investasi PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) lewat penyertaan modala di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sangat berpotensi merugikan negara.

Sejumlah kalangan menilai langkah investasi Telkomsel di GoTo janggal, sarat konflik kepentingan dan karenanya, berpotensi merugikan negara.

"Investasi Telkomsel di GOTO berpotensi merugikan keuangan BUMN yaitu Telkom Indonesia sebagai holding," ucap Kamrussamad kepada Tribunnews, Senin (5/12/2022).

Diketahui beberapa hari yang lalu, GOTO menjadi topik perbincangan hangat masyarakat. Hal ini dikarenakan harga saham GOTO terpantau mengalami tren penurunan.

Bahkan, saham GOTO menyentuh level auto reject bawah (ARB) atau batasan maksimum dari penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan di bursa efek.

Pada Kamis (1/12/2022), saham GOTO langsung ambles 6,62 persen menyentuh level ARB ke Rp141 per saham pada pembukaan perdagangan. Turun 10 dibanding penutupan perdagangan kemarin di level Rp151 lembar.

Padahal, harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham GOTO di angka Rp338 per lembar saham.

Baca juga: Investasi Telkomsel ke GOTO Diduga Merugi Ekonom: Usut yang Dulu Paksakan Penyertaan Modal

Kamrussamad mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk segera memeriksa emiten GOTO, untuk memastikan apakah aksi korporasi tersebut benar-benar terlibat sarat konflik kepentingan.

"OJK harus melakukan pemeriksaan terhadap emiten GOTO adanya konflik kepentingan dalam proses persetujuan Initial Public Offering," pungkasnya.

Baca juga: GOTO Kehilangan Hampir 70 Persen Valuasinya Sejak IPO pada April 2022

Sebelumnya, Ekonom sekaligus Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengungkapkan, GOTO dinilai hanyalah perusahaan yang kelihatannya besar.

"Isi (GOTO) sebenarnya hampa. Bisnisnya tergantung dari ‘bakar duit’. GOTO tidak pernah mendapat untung selama berdiri 10 hingga 12 tahun yang lalu," ucap Anthony dalam keterangannya kepada Tribunnews, Sabtu (3/12/2022).

"Total akumulasi rugi GOTO per 30 September 2022 sudah mencapai Rp99,3 triliun. Sekarang pasti sudah lebih dari Rp100 triliun," sambungnya.

Baca juga: Saham GOTO Anjlok, Dianggap Jadi Peluang Gain Para Investor Pada Masa Depan

Anthony juga mempertanyakan langkah penyertaan modal Telkomsel terhadap GOTO.

"Anehnya, Telkomsel yang merupakan bagian dari BUMN kok mau membeli saham GOTO yang jelas-jelas sedang rugi, dan kemungkinan besar tidak akan bisa memperoleh untung. Apakah ada yang paksa beli? Siapa? Perlu diusut," tegas Anthony.

"Karena, membeli saham GOTO dengan kondisi perusahaan rugi terus seperti itu, Telkomsel dengan sadar dan sengaja, melakukan spekulasi, tepatnya gambling, dengan taruhan sebesar nilai pembelian saham Rp 6,4 triliun," lanjutnya.

Berdasarkan catatan Anthony, dengan menggunakan harga Rp141 per saham, Telkomsel mengalami rugi Rp3,06 triliun dari investasi di saham GOTO.

"Memang rugi ini fluktuatif. Artinya, masih bisa membesar lagi. Karena harga saham GoTo masih sangat mungkin turun lagi. Maka itu, kerugian investasi Telkomsel ini akan menjadi kerugian negara, yang disengaja," papar Anthony.

Padahal, lanjut Anthony, di dalam prospektus GOTO sudah dijelaskan bahwa GOTO tidak bisa memperkirakan prospek bisnisnya di waktu-waktu mendatang.

GOTO dinilai sangat pesimis dapat memperoleh laba, dan sangat pesimis dapat membagikan dividen.

"Secara teori, harga saham perusahaan yang sedang rugi, dengan akumulasi rugi yang sangat besar, dengan prospek bisnis ke depan tidak pasti dan cenderung masih akan rugi, tidak mungkin akan bisa naik," ungkap Anthony.

"Kenaikan harga saham pada kondisi seperti ini patut diduga karena spekulasi atau dimanipulasi," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini