Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inflasi yang melonjak telah menghantui negara-negara di seluruh dunia pada tahun ini.
Ketegangan geopolitik yang memicu kenaikan harga energi, gangguan rantai pasokan terkait pandemi Covid-19, dan guncangan harga komoditas menjadi beberapa faktor yang mendukung lonjakan inflasi.
Hasil akhirnya adalah hampir separuh negara di seluruh dunia mengalami tingkat inflasi hingga dua digit atau bahkan lebih tinggi.
Baca juga: Inflasi Inggris Melandai di November 2022, Sentuh 10,7 Persen
Berdasarkan data dari Trading Economics, berikut ini negara-negara dengan tingkat inflasi tertinggi pada 2022:
1. Zimbabwe (255 Persen)
Indeks harga konsumen (CPI) tahunan Zimbabwe menurun untuk bulan ketiga berturut-turut ke level terendah dalam lima bulan meski masih mencatatkan angka tiga digit yaitu 255 persen pada November, turun dari 268,8 persen pada bulan sebelumnya.
Inflasi telah turun sejak Agustus, menyusul langkah-langkah moneter ketat yang diterapkan oleh pemerintah dan otoritas moneter Zimbabwe.
Secara bulanan, inflasi mencapai 1,8 persen pada November, setelah naik 3,2 persen di bulan sebelumnya, menurut data dari Reserve Bank of Zimbabwe.
2. Lebanon (158,46 Persen)
Pusat Administrasi Statistik Republik Lebanon mengungkapkan tingkat inflasi tahunan negara itu melambat ke level terendah dalam 13 bulan sebesar 158,46 persen pada Oktober, dari 162,47 persen pada September.
Dalam basis bulanan, inflasi meroket 14,65 persen di Oktober, yang menjadi angka terbesar dalam 10 bulan, meningkat dari kenaikan 8,40 persen di bulan sebelumnya.
3. Venezuela (155,80 Persen)
Tingkat inflasi di Venezuela pada Oktober mencapai 155,80 persen, lebih rendah dari 157,40 persen pada September meski tetap mencatatkan angka tiga digit.
Negara yang kaya minyak ini pernah membukukan rekor inflasi sebesar 344509,50 persen pada Februari 2019 dan rekor terendah 3,22 persen pada Februari 1973.
4. Sudan (102,6 Persen)
Biro Pusat Statistik Sudan melaporkan tingkat inflasi tahunan di Sudan masih mencetak angka tiga digit, meski mengalami penurunan selama tujuh bulan berturut-turut menjadi 102,6 persen pada Oktober, turun dari 107 persen pada bulan sebelumnya.
Baca juga: Ekonom Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun Depan 1,8 Persen dan Inflasi Mencapai 4 Persen
Inflasi Sudan pada Oktober menjadi angka terendah sejak April 2020. Negara yang terletak di Afrika Utara itu mencatat rekor inflasi tertingginya 422,78 persen pada Juli 2021.
5. Argentina (88 Persen)
Tingkat inflasi tahunan Argentina mencapai 88 persen pada Oktober, naik dari 83 persen di bulan sebelumnya.
Namun, indeks produksi industri manufaktur (IPI manufaktur) menunjukkan kenaikan sebesar 3,5 persen secara year-on-year pada Oktober. Akumulasi Januari hingga Oktober tahun ini menunjukkan peningkatan IPI manufaktur Argentina sebesar 5,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.
6. Turki (84,39 Persen)
Tingkat inflasi tahunan di Negeri Ottoman melambat untuk pertama kalinya dalam 18 bulan menjadi 84,39 persen pada November.
Harga makanan dan minuman non-alkohol meningkat lebih cepat sebesar 102,6 persen pada November, dibandingkan 99,1 persen pada Oktober. Dalam basis bulanan, inflasi pada November naik 2,9 persen, berkurang dari kenaikan 3,5 persen di bulan sebelumnya.
7. Sri Lanka (61 Persen)
Bank Sentral Sri Lanka mengungkapkan tingkat inflasi Kolombo mencapai 61 persen secara year-on-year pada November, melambat dari 66 persen pada bulan sebelumnya.
Baca juga: Inflasi AS Bulan November 2022 Melambat, Sentuh 7.1 Persen YoY
Harga naik lebih lambat untuk makanan sebesar 73,7 persen pada November dari 85,6 persen di bulan sebelumnya. Sementara harga barang non-makanan mencapai 54,5 persen, turun dari 56,3 persen pada Oktober.
8. Iran (52,2 Persen)
Tingkat inflasi tahunan di Iran melambat menjadi 52,2 persen pada Agustus, dari 54,0 persen di bulan sebelumnya.
Itu adalah tingkat inflasi terendah sejak Mei, karena harga makanan dan minuman non-alkohol turun ke level terendah dalam tiga bulan sebesar 81,2 persen dari 87 persen pada Juli, yang menjadi harga tertinggi sejak 2012.
9. Ghana (50,3 Persen)
Tingkat inflasi tahunan Ghana meningkat selama 18 bulan berturut-turut menjadi 50,3 persen pada November, naik dari 40,4 persen pada bulan sebelumnya.
Inflasi November menjadi angka tertinggi sejak Mei 2001 dan jauh di atas kisaran target bank sentral Ghana yaitu 6 persen sampai 10 persen, karena depresiasi mata uang cedi yang berlanjut selama November menaikkan harga barang impor menjadi 55,1 persen dari 43,7 persen pada Oktober.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Ghana mencapai kesepakatan awal untuk paket pendanaan tiga tahun senilai hampir 3 miliar dolar AS pada tanggal 13 Desember. Pinjaman tersebut ditujukan untuk membantu Ghana menghadapi kesulitan ekonomi.
10. Suriname (49,1 Persen)
Tingkat Inflasi di Suriname meningkat menjadi 49,10 persen pada Oktober, dari 41,90 persen pada September.
Inflasi di Suriname diperkirakan turun menjadi 35 persen pada akhir kuartal keempat tahun ini, menurut Trading Economics dan ekspektasi analis. Negara ini mencatat rekor tertinggi inflasinya sebesar 586,48 persen pada Desember 1994.