News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Strategi Barat Sukses, Mata Uang Rusia Jeblok 8 Persen dalam Sepekan

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mata uang Rusia dilaporkan terus mengalami pelemahan nilai, Kementerian keuangan setempat mencatat selama perdagangan di Selasa (27/12/2022) pagi nilai rubel merosot 1,2 persen terhadap dolar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Mata uang Rusia dilaporkan terus mengalami pelemahan nilai, Kementerian keuangan setempat mencatat selama perdagangan di Selasa (27/12/2022) pagi nilai rubel merosot 1,2 persen terhadap dolar.

Pelemahan tersebut lantas menambah pukulan bagi rubel hingga nilai mata uang negara beruang merah ini amblas sebanyak 8 persen selama sepekan. Imbas kemerosotan itu kini nilai rubel jatuh di kisaran 70,10 terhadap dolar AS.

Angka tersebut jadi yang terendah selama setahun ini, berbanding jauh dengan nilai rubel pada minggu lalu yang masih dipatok 72,6325 terhadap dolar AS.

Baca juga: Rubel Digital Diluncurkan sebelum Akhir Tahun, Bank Rusia Siap Berinovasi

Lebih lanjut nilai rubel terhadap mata uang euro juga ikut terperosok turun 1,1 persen menjadi 74,35. Sementara nilai rubel terhadap yuan, turun 1,9 persen sehingga dipatok senilai 9,95.

Penurunan nilai rubel terjadi imbas sanksi pembatasan minyak yang diberlakukan kelompok negara G7 pada awal Desember lalu.

Di bawah sanksi kelompok G7, perusahaan pengapalan hingga layanan asuransi di seluruh dunia khususnya di wilayah Uni Eropa yang menangani kargo minyak mentah Rusia dilarang untuk beroperasi, apabila menolak batas harga yang diusulkan sebesar 60 dolar AS.

"Pada akhir Desember, rubel kemungkinan akan tetap sangat fluktuatif karena pasar perlu menemukan keseimbangan baru di bawah arus perdagangan yang berubah dan tekanan sanksi yang meningkat," kata BCS World of Investments dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Sebelum rubel mengalami kemerosotan, mata uang ini pernah menguat lebih dari 20 persen melawan dolar AS. Hingga posisinya berada di level terkuat dalam 4 tahun terakhir.

Kuatnya rubel bahkan mengejutkan pasar, sebab di awal Maret lalu nilainya ambrol hingga lebih dari 100 persen dan menyentuh level terlemah sepanjang sejarah.

Meski saat ini nilai rubel tengah mengalami kemunduran, namun sejauh ini rubel masih mencatatkan diri sebagai mata uang berkinerja terbaik di sepanjang 2022.

Imbas dari anjloknya mata uang rubel, harga minyak mentah Brent LCOc1 yang diekspor Rusia naik 0,4 persen menjadi 84,2 dolar AS per barel, sementara indeks saham Rusia dibuka bervariasi pada perdagangan Selasa pagi.

Seperti indeks saham IMOEX yang bertahan di kisaran 2.139,5 poin setelah menyentuh level tertinggi selama hampir dua minggu di awal perdagangan. Sementara Indeks RTS berdenominasi dolar IRTS turun 1,6 persen menjadi 961,3 poin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini