News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Buruk

Harga Cabai Melonjak Karena Cuaca, IKAPPI: Pemerintah Seharusnya Bisa Antisipasi

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang cabai di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022). Pemerintah dinilai kurang cekatan mengantisipasi potensi lonjakan harga cabai akibat cuaca buruk belakangan ini. Warta Kota/YULIANTO

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengatakan seharusnya Pemerintah bisa mengantisipasi kenaikan harga cabai yang disebabkan oleh faktor cuaca.

Ketua Bidang Organisasi DPP IKAPPI Teguh Setiawan menilai Pemerintah kurang cekatan mengantisipasi potensi lonjakan harga cabai akibat cuaca buruk. 

"Kelonjakan harga cabai dan komoditas lainnya berada di luar prediksi kami. Sebelum menginjak Desember, harganya sudah banyak yang mulai melonjak," katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (31/12/2022).

Khususnya cabai, ia menyoroti rawit merah yang sudah menyentuh harga Rp 65 ribu-Rp 68 ribu per kilogram (kg). Selain itu cabai rawit hijau tak luput dari perhatian karena harganya telah menyentuh Rp 70 ribu per kg.

Teguh mengatakan faktor cuaca membuat berbagai sentra cabai gagal panen. "Kita tahu bahwa cuaca ini sekarang bisa dikatakan kurang bagus. Itu mempengaruhi juga. Kemudian petani di wilayah tersebut sebagian mengalami gagal panen," ujarnya.

Menurut Teguh, kenaikan harga cabai ini seharusnya bisa diantisipasi oleh Pemerintah melalui pemetaan wilayah.

Lewat Kementerian Pertanian, mereka bisa melakukan pemetaan wilayah. Ia menyebut Indonesia memiliki lokasi produksi yang luas, tak hanya di beberapa tempat tertentu.

"Jangan produksi cabai hanya di Jawa, Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Masih ada banyak seperti Sulawesi Tengah," kata Teguh.

Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Harga Cabai Rawit di Lampung Tengah Melonjak Jadi Rp60 Ribu per Kg

Pemetaan wilayah ini ia yakini sebagai upaya menghindari hal-hal yang sekiranya dapat menghambat produksi.

Kemudian, masalah pendistribusian oleh Pemerintah turut ia soroti, di mana seharusnya dilakukan metode "ambil bola".

Teguh berujar Pemerintah semestinya memfasilitasi akomodasi dalam pengambilan cabai langsung ke produsennya.

"Jadi, biasanya harga melambung tinggi itu kan terhambat pada supply-nya. Harga solar juga naik. Imbasnya di situ," ujarnya.

Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Harga Cabai Rawit hingga Telur Ayam Meroket, Berikut Rincian Harga Pangan

"Supply-nya agak terhambat, lalu ada permintaan tinggi dari konsumen, tapi stok tidak memadai. Di situ lah terjadi kelonjakan harga. Harusnya Pemerintah mengambil bola," kata Teguh melanjutkan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini