Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Platform insurtech Qoala Plus membukukan kenaikan pendapatan premi hingga 10 kali lipat sejak tiga tahun terakhir beroperasinya di Indonesia di periode 2020 hingga 2022.
Sugeng Purnomo, SVP of Sales and Partnership Qoala Plus mengatakan, saat ini platformnya memasarkan 34 jenis produk asuransi ke masyarakat dari sekitar 30 perusahaan asuransi yang berpartner.
Sugeng mengatakan, pemasaran polis asuransinya ditopang oleh 60.000 lebih tenaga pemasar yang beroperasi di 20 kota utama di Tanah Air.
Baca juga: Agar Tak Salah Klaim, Kenali 4 Risiko yang Ditanggung Asuransi Jiwa
Sementara, perusahaan asuransi yang menjadi mitranya antara lain Zurich Insurance, Great Eastern Life Indonesia, KB Insurance, Asuransi MAG, Asuransi Sinar Mas dan Tugu Insurance.
Sementara itu, total polis yang telah diproses sejak 2019 sebanyak 115.000 polis untuk berbagai jenis asuransi.
"Bisnis kita di masa pandemi tumbuh 10 kali lipat dibanding awal berdiri. Kita fokus membantu masyarakat mendapatkan produk asuransi karena penetrasi asuransi di Indonesia masih di bawah 3 persen," ungkap Sugeng Purnomo di acara media gathering di Jakarta, Selasa, 17 Januari 2023.
Tirto Utomo, Direktur Bisnis Qoala Plus mengatakan, memasuki tahun 2023 ini perusahaannya fokus menggarap produk asuransi ritel, asuransi kerugian properti dan motor, life and health.
"Kita juga fokus meningkatkan produktivitas tenaga pemasar dan saat ini kita sudah menjadi salah satu pemain insurtech terbesar di Indonesia dan kita sudah cukup kuat di kota tier 1 di Indonesia," ungkapnya.
Dia mengatakan, karena bisnis pemasaran asuransinya berbasis digital, pemgembangan pasar ke depan menjadi lebih mudah dan sangat cost efficient jika dibandingkan dengan metode pemasaran asuransi konvensional.
Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Bukukan Pendapatan Rp 62 Triliun di Kuartal I 2022
"Tahun 2023 ini kita fokus garap pasar di kota-kota di tier 1 dan mengembangkan juga kota-kota di tier 2," imbuh Tirto Utomo.
Dia menambahkan, salah satu tantangan dalam menggarap pasar asuransi di Indonesia adalah masih luasnya pandangan masyarakat bahwa kebutuhan berasuransi di urutan paling belakang jika dibandingkan dengan kebutuhan primer lainnya.
Hal tersebut bertolak belakang dengan tren di luar negeri.
"Karena itu, salah satu materi yang kita ingin edukasikan ke masyarakat adalah bagaimana ada kesadaran memprioritaskan asuransi sebagai kebutuhan," ujarnya.
Baca juga: Ketahui 6 Hal Penting Sebelum Membeli Asuransi Jiwa