News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Beras Melonjak

Polemik Harga Beras, Budi Waseso Menduga Ada Permainan Mafia Beras, Dibantah Pengusaha

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemerintah Indonesia menetapkan impor beras sebesar 500 ribu ton dari empat negara termasuk Vietnam. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkap adanya indikasi keberadaan mafia di balik karut marut permasalahan beras di Tanah Air.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan komoditas pangan khusunya beras seakan tak kunjung surut. Mulai dari cadangan beras pemerintah (CBP) yang tidak mampu memenuhi konsumsi dalam negeri, impor beras sebesar 500 ribu ton hingga muncul dugaan mafia beras.

Pemerintah Indonesia menetapkan impor beras sebesar 500 ribu ton dari empat negara termasuk Vietnam. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, alasan pemerintah impor beras lantaran produksi beras nasional kian langka sejak akhir Desember 2021.

"Putusan dalam rapat kabinet, diperintahkan kepada Mendag untuk kasih impor beras cadangan di luar negeri 500 ribu ton. Masuknya kapan aja terserah bulog, diperlukan bisa," kata Zulkifli Hasan usai menghadiri acara Harbolnas di Kementerian Perdagangan, dikutip Selasa (24/1/2023).

Baca juga: Guru Besar IPB: Tidak Ada Mafia, Harga Beras Mengalami Kenaikan Karena Kesalahan Bulog Sendiri

Adapun menurut Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mencatat, saat ini sebanyak 178.000 ton beras impor sudah masuk ke gudang Bulog. Kata dia, jumlah itu didapat dari tahap pertama impor beras sebesar 200.000 ton.

"Yang sudah masuk gudang 178.000 ton. Sisanya masih belum bongkar di pelabuhan dan dalam perjalanan," ujar Budi Waseso dalam keterangan tertulis.

Meski demikian, harga beras di pasaran masih tergolong mahal. Hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti harga beras yang mengalami kenaikan dalam beberapa pekan ini.

Hal itu diketahui Jokowi saat dirinya kerap mengecek kebutuhan bahan pokok di pasar sejumlah daerah saat kunjungan kerja.

"Beras, saya sudah dua hari yang lalu memperingatkan Bulog untuk masalah ini karena di lapangan 79 daerah, beras mengalami kenaikan yang tidak sedikit," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) se-Indonesia di kanal Youtube Kementerian Dalam Negeri, beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, jika dilihat berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) per tanggan 24 Januari 2023 harga beras kualitas medium I Rp 12.900 atau naik 0,39 persen, beras kualitas medium II Rp 12.650, beras kualitas super I Rp 14.250, naik 0,71 persen dan beras kualitas super II Rp 13.750.

Baca juga: Harga Beras Mahal, Buwas Sebut Ada Mafia, Pedagang: Tangkap Saja, Bulog Harus Kontrol Penyaluran

Buwas duga ada mafia beras

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkap adanya indikasi keberadaan mafia di balik karut marut permasalahan beras di Tanah Air.

Hal ini terlihat dari harga beras yang cenderug naik beberapa waktu belakangan, dan pada saat yang sama Bulog telah melakukan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau Operasi Pasar beras di seluruh Indonesia.

Baca juga: Jokowi Soroti Kenaikan Harga Beras, Buwas Heran Sudah Intervensi Tapi Masih Mahal, Duga Ada Mafia

Namun, harga beras di pasar di pasar tak kunjung turun alias tetap tinggi karena ulah mafia beras.

"Sekarang kita punya beras itu untuk kepentingan intervensi pasar dan masyarakat dapat harga murah serta kebutuhan tercukupi. Kita sudah lakukan (operasi pasar), tapi saya tidak tau begitu banyak yang kita lepas tapi harganya masih tinggi," ucap pria yang akrab disapa Buwas di Kantor Perum Bulog Jakarta, Jumat (20/1/2023).

"Sebenarnya saya tahu, dan tidak bodoh-bodoh amat, kalau tanda kutip ada mafia, ya memang ada," sambungnya.

Pihaknya sudah meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri untuk segera membongkar polemik beras di dalam negeri.

Baca juga: Update Harga Bahan Pokok: Cabai Turun Signifikan, Beras dan Minyak Mengalami Kenaikan

Buwas juga menegaskan bahwa kebijakan impor beras bukanlah kemauan Bulog tapi merupakan hasil dari rapat koordinasi terbatas dengan sejumlah Kementerian terkait, di mana Bulog ditugaskan untuk mengamankan stok beras.

Adapun pengamanan stok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan program SPHP, serta untuk kebutuhan kejadian luar biasa seperti penanganan bencana atau bantuan sosial.

"Tugas Bulog itu bukan dagang, bukan cari untung. Impor juga bukan maunya Bulog, karena itu perintah negara. Kenapa keputusan ini dibuat karena situasi beras tidak normal," papar Buwas.

"Kenapa akhirnya negara impor, karena supply-nya kurang, supply kurang karena ada sesuatu. Maka Bulog melakukan impor beras. Dalam penugasan itu impor 500 ribu ton, dan sudah selesai semua kontraknya," sambungnya.

Pengusaha sebut tak ada mafia beras

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyatakan, pemerintah sebaiknya menangkap oknum-oknum yang disebut mafia beras sehingga menyebabkan mahalnya harga beras di pasar.

"Kalau ada oknum (mafia beras) yang main, tangkap saja. Itu kan merugikan masyarakat, merugikan rakyat," kata Sutarto saat dihubungi Tribunnews, Senin (23/1/2023).

Menurut Sutarto, naiknya harga beras ditengarai oleh harga gabah yang turut meningkat. Kata dia, beberapa bulan terakhir harga gabah naik sebesar Rp. 2.000 berdasarkan Harga Pokok Penjualan (HPP).

"Artinya, pasti menjadi beras sudah pasti mahal. Selama ini memang dilakukan berbagai upaya salah satunya kegiatan operasi pasar (OP). Tapi sebenarnya, OP itu harusnya dilakukan pada saat harga naik, jadi harus tepat," ujarnya.

Sutarto mengatakan, stok beras pemerintah tak mampu memenuhi konsumsi beras nasional sejak bulan Agustus 2022. Kata dia, seharusnya operasi pasar dilakukan pada saat kondisi paceklik.

"Pada waktu akhir tahun sampai awal tahun itu antara produksi dengan konsumsi bulanannya itu konsumsi lebih tinggi. Itulah disebut dengan paceklik. Pacekliknya mulai bulan Agustus sampai awal Februari. Disitu harusnya pemerintah tidak beli. Jadi justru pemerintah harus melepas cadangannya," ucapnya.

Sutarto menegaskan, Bulog sedianya perlu mengontrol harga beras yang masuk dipasar induk hingga dijual sampai ke tingkat konsumen. Hal tersebut kata dia, untuk memastikan bahwa tak ada oknum yang bermain dalam persoalan beras.

"Misalnya di pegadang cipinang kemudian di salurkan ke beberapa kios langgananya, disitu harus harganya ditetapkan maksimum berapa, sehingga tidak ada main-main, tidak ada oknum yang main," paparnya.

Pengamat sebut harga beras naik kesalahan Bulog

Pengamat sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menampik bahwa tak ada mafia beras seperti dugaan Direktur Utama Perum Bulog beberapa waktu kemarin.

Menurut Andreas, naiknya harga beras justru disebabkan cadangan beras pemerintah pada akhir tahun 2022 yang mengalami kekurangan.

"Gejolak yang terjadi karena kesalahan dari Bulog sendiri. Karena serapan sangat rendah. Sehingga di akhir tahun stok Bulog hanya sekitar 500 ribu ton. Padahal idealnya kalau menurut saya 1,5 juta ton stok akhir tahun," kata Dwi Andreas saat dihubungi Tribunnews, Senin (23/1/2023).

Andreas mengatakan, atas dasar itu harga beras hingga saat ini masih belum menunjukan adanya penurunan. Dia meminta Bulog untuk jangan lagi memberikan informasi yang belum tentu adanya.

"Itu kesalahan siapa? Kesalahan Bulog. Lalu, melemparkan isu yang aneh-aneh. Itulah bagi saya enggak usah lagi hal seperti itu, sudah disadari bahwa ini kesalahan pemerintah jangan melemparkan kesalahan yang ada ke orang lain," paparnya.

Andreas menegaskan, sebaiknya pemerintah menyadari bahwa naiknya harga beras bukan disebabkan oleh mafia beras. Namun, stok beras yang kurang sehingga berdampak pada harga beras.

Namun, kata Andreas, seandainya ditemukan adanya oknum-oknum yang diduga mafia beras lebih baik segera ditangkap.

"Kalau orang pemerintah bilang seperti itu, kan gampang tinggal ditangkap kalau ada mafia nya. Itu aja. Lebih baik, disadari bahwa ini kesalahan pemerintah kenapa kok stoknya sangat rendah," tegasnya.

Terakhir, Andreas memaparkan, harga beras akan terus naik hingga akhir Januari 2023. Andreas mengatakan, pada bulan Februari 2023 dia memprediksi harga beras akan menurun.

"Ya enggak benar (mafia beras) sama sekali. Harga itu selalu bergerak musiman. Biasanya pasca Juli harga sudah mulai naik. Karena terjadi defisit antara panen dan konsumsi," ucap dia.

"Jadi harga akan mulai naik terus, nanti puncaknya sampai bulan ini. Bulan depan (Februari) sudah mulai turun, karena sebagian sudah memasuki musim panen," lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini