Pasalnya, terdapat beberapa sektor usaha yang mengalami pertumbuhan bagus, juga tetap memperhatikan karyawan dengan melakukan penyesuaian upah sesuai dengan inflasi yang terjadi.
Baca juga: Jinakkan Lewat Kenaikan Suku Bunga, Gubernur BI Yakin Inflasi 2023 Akan Terkendali
"Bagi perusahaan yang mengalami kerugian dan ingin melakukan PHK, harus memberikan hak pegawai sesuai kesepakatan awal dan Undang-undang yang berlaku," kata dia.
HIPMI Jaya juga berharap pemerintah agar mengoptimalkan program Kartu Prakerja demi melatih softskill Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
Sona juga berharap pada tahun ini, keadaan politik bisa cukup kondusif meski sudah memasuki tahun politik. Diharapkan tidak ada gesekan yang terlalu panas dan tidak ada isu SARA yang muncul di permukaan.
"HIPMI Jaya siap menjadi penggerak utama ekonomi di Indonesia dan membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya demi mengurangi angka kemiskinan," kata dia.
Sementara itu, ekonom ISEI Aditia Febriansyah mengimbau kepada para pengusaha muda agar memperhatikan struktur budget/anggaran bisnis dengan cara melakukan efisiensi terhadap biaya operasional dan non-operasional, serta menyiapkan dana darurat atau jaring-jaring pengaman.
Selain itu, pengusaha muda juga diminta memperhatikan hutang-hutang yang berjalan. Jika dapat direstrukturisasi atau penjadwalan ulang akan sangat baik. Namun jika tidak bisa, maka pastikan hutang itu dapat terbayarkan karena hutang adalah persoalan reputasi.
"Yang perlu diingat pengusaha adalah menjaga reputasi karena bersifat selamanya sedangkan krisis hanya sementara," kata dia.
Pengusaha juga harus mampu mempertahankan kualitas produk/jasa yang dimilikinya demi mempertahankan konsumen. Bahkan diperkirakan akan kembali terjadi disrupsi yang akan mengubah model bisnis dan spending behaviour konsumen, sehingga diwajibkan untuk cepat beradaptasi.
Pengusaha juga diimbau untuk bisa mempertahankan tim (karyawan) sebanyak mungkin. Hal ini karena jika ada satu orang pegawai yang dipecat (PHK) maka efeknya akan dirasakan secara kumulatif baik di level mikro (kesejahterahan keluarganya) dan level makro (pengganguran nasional).
"Yang paling penting adalah pengusaha harus tetap tenang karena resesi hanya sementara," kata Adit.