Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Ekonomi zona Euro secara mengejutkan mencatatkan pertumbuhan positif selama kuartal terakhir tahun 2022.
Menurut data yang dirilis kantor statistik Eropa, Eurostat kawasan Eropa selama tiga bulan terakhir tumbuh sebesar 0,1 persen.
Angka ini mengalahkan ekspektasi para analis Reuters yang awalnya memprediksi bahwa Eropa akan mengalami perlambatan ekonomi lanjutan selama akhir tahun 2022.
Baca juga: Uni Eropa Usulkan Batas Harga Gas 275 Euro Per MWh
Tumbuhnya perekonomian zona euro disinyalir terjadi akibat melandainya tekanan di pasar global seperti adanya penurunan harga pangan dan energi serta pulihnya rantai pasokan, setelah beberapa bulan terakhir mengalami krisis akibat serangan Rusia ke Ukraina.
"Harga energi yang mendingin di penghujung tahun 2022, membawa sedikit kelegaan pada kinerja ekonomi zona euro yang lebih luas," tulis laporan Eurostat pada Selasa (31/1/2023).
Meski secara global perekonomian zona Eropa membukukan kenaikan, namun bila dilihat secara mendetail saat ini dua negara besar di Eropa yakni Jerman dan Italia masih mencatatkan pertumbuhan negatif.
Hasil laporan kantor Statistik Federal Jerman menunjukkan produk domestik bruto (PDB) turun 0,2 persen pada kuartal keempat 2022. Penurunan tersebut diprediksi berlanjut selama kuartal pertama tahun 2023.
Adanya penurunan ini lantas mendorong Jerman selangkah lebih dekat dengan jurang resesi, terlebih pemerintah Jerman telah menelan kerugian ekonomi akibat konflik Ukraina dan pandemi virus corona (Covid-19) sebanyak 595 miliar euro.
“Jerman kemungkinan memasuki resesi dangkal dan singkat selama kuartal pertama sebelum ekonomi stabil pada kuartal kedua tahun ini," kata Salomon Fiedler, ekonom di Berenberg.
Baca juga: Indonesia dan Malaysia Kompak Melawan Diskriminasi Ekspor CPO ke Uni Eropa
Kondisi serupa juga dialami oleh Italia, Institut Statistik Nasional Italia (ISTAT) melaporkan bahwa inflasi di negaranya pada Desember tahun lalu telah mencapai 12,3 persen, melesat lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi di kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.
Anjloknya perekonomian kedua negara ini lantaran Jerman dan Italia gagal menahan guncangan krisis di pasar global, alasan ini yang kemudian membuat kedua negara besar di Eropa tersebut mengalami pembengkakan biaya operasional untuk mencukupi kebutuhan jutaan warganya dari ancaman lonjakan harga minyak dan gas.
Sebelum kedua negara tersebut melaporkan kontraksi, Dana Moneter Internasional (IMF) telah mewanti-wanti sejumlah negara di Eropa untuk bersiap menghadapi masa yang sulit pada 2023, meskipun laju inflasi cenderung turun dari level tertingginya.
Peringatan tersebut dilontarkan lantaran saat ini perang Rusia-Ukraina terus memanas, munculnya masalah itu dikhawatirkan dapat menghambat kerja sama antar negara sehingga memicu gejolak pada pasar keuangan global
“Pertarungan melawan inflasi masih belum berakhir, kebijakan moneter harus tetap kontraktif, dan beberapa negara perlu melakukan pengetatan lebih lanjut sebelum tekanan biaya hidup mereda secara luas," jelas Gourinchas dalam paparan World Economic Outlook Januari 2023.