Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEW.COM, NEW YORK – Harga minyak mentah di pasar global terus naik selama tiga hari berturut-turut setelah Jerome Powell, Gubernur Bank Sentral AS The Fed menyerukan sinyal pelonggaran suku bunga acuan.
"Komentar Ketua Fed Powell kemarin, memberikan angin segar sehingga membuat harganya naik," kata Jim Ritterbusch, presiden firma konsultan Ritterbusch and Associates LLC.
Menurut pantauan Reuters, harga minyak mentah Brent dipatok naik sebesar 1,40 dolar AS atau 1,7 persen menjadi 85,09 dolar AS per barel.
Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS dilaporkan naik 1,33 dolar AS atau 1,7 persen menuju ke harga 78,47 per barel pada pembukaan pasar di hari Kamis (9/2/2023).
Sikap The Fed yang kurang agresif dalam pertemuan di awal pekan ini, telah memberikan isyarat pada investor akan adanya kenaikkan suku bunga yang lebih kecil selama beberapa bulan kedepan .
Hal tersebut berbanding terbalik dengan sikap The Fed selama tahun 2022, dimana dalam satu tahun terakhir The Fed terus melakukan hawkish hingga suku bunga acuan melesat di atas 425 basis poin.
Pelonggaran suku bunga yang dilakukan The Fed lantas mendorong investor untuk meningkatkan permintaan pasar ditengah pemulihan ekonomi China.
Sayangnya lonjakan terjadi disaat pasar minyak memperketat produksi hariannya akibat pemangkasan pasokan oleh OPEC+ dan terganggunya pasokan minyak mentah dari Irak dan Azerbaijan ke pelabuhan Ceyhan di Turki imbas guncangan gempa awal pekan lalu
Baca juga: Harga Minyak Dunia Diperkirakan Terus Menguat Setelah Gempa di Turki
Hingga American Petroleum Institute mengumumkan adanya penurunan stok minyak mentah sekitar 2,2 juta barel.
Serangkaian tekanan ini yang membuat harga minyak dunia terbang tinggi selama beberapa hari terakhir
“Permintaan minyak yang naik bersamaan dengan pemangkasan ekspor sebesar 2 juta barel per hari oleh OPEC+, hal ini mendorong kekhawatiran akan adanya krisis selama beberapa bulan mendatang, hingga memicu kenaikkan harga minyak.” kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Baca juga: Rusia Beri Diskon Khusus Untuk Pacu Ekspor Minyak Mentah ke China dan India
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak global akan terus mengalami penurunan stok sebesar 0,8 juta barel per hari selama kuartal pertama tahun 2032.
Dengan penurunan ini harga minyak mentah dunia diproyeksikan dapat naik diatas 100 dolar AS per barel pada tahun 2023, imbas dari adanya krisis stok produksi.