2. Zoom
Pada masa pandemi Covid-19 yaitu 2020 hingga 2022, Zoom menjadi aplikasi meeting atau rapat daring yang sangat Berjaya. Namun seiring mengendurnya pengetatan dan masyarakat mulai bekerja di kantor, Zoom pun perlahan-lahan ditinggalkan.
Tanda-tanda berakhirnya kejayaan Zoom pun mulai jelas terihat.
Baca juga: Tajir Melintir saat Pandemi, Kekayaan CEO Zoom Eric Yuan Mulai Tergerus, Ratusan Karyawan Kena PHK
Untuk menjaga roda bisnis tetap berjalan, Zoom pun akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.300 karyawan atau sekitar 15 persen dari semua total karyawan globalnya.
Pada tahun lalu, saham Zoom dilaporkan turun lebih dari 63 persen dan keuntungan diperkirakan anjlok 38 persen.
Khawatir ancaman ini akan semakin memicu kemunduran bagi Zoom, Eric Yuan selaku CEO terpaksa mengambil langkah agresif dengan memangkas ribuan karyawan demi mencegah perlambatan kinerja perusahaan.
“Saat dunia beralih ke kehidupan pasca-pandemi, kami melihat bahwa pelanggan mulai mengurangi penggunaan layanan. Kondisi kian diperparah dengan ketidakpastian ekonomi global, sehingga kami perlu mengambil upaya keras untuk mengatur ulang diri kami sendiri agar dapat mengatasi ancaman krisis," jelas Yuan dalam pengumuman yang dirilis pada Selasa (7/2/2023).
Yuan menjanjikan sejumlah hak bagi mantan karyawannya, seperti memberikan gaji selama 16 minggu kedepan serta perlindungan perawatan kesehatan.
Baca juga: Tolak PHK Massal, Puluhan Karyawan Google Gelar Demo di Jalanan
Tak tanggung – tanggung untuk menyukseskan rencana ini Zoom bahkan telah menyiapkan dana sebesar 50 juta dolar AS hingga 68 juta AS. Meski langkah ini semakin memperparah jumlah pengangguran di kawasan AS.
Namun, Zoom menjelaskan bahwa cara ini harus diambil demi menyelamatkan perusahaan dari ancaman resesi dan krisis pasar global.
Selain memangkas jumlah karyawan, dalam pengumuman yang dirilis pada Selasa kemarin Zoom juga berencana untuk menghapuskan bonus tahunan serta memotong gaji sejumlah petinggi selama 2023 agar dapat menutup kerugian perusahaan.
“Sebagai CEO dan pendiri Zoom saya akan bertanggung jawab, dengan mengurangi gaji petinggi termasuk haji saya sendiri selama tahun fiskal 2023 dengan memangkas sekitar 98 persen,” ujar Yuan seperti yang dikutip dari Reuters.
Sebelum mengalami kemunduran Zoom pernah tercatat sebagai platform penyedia layanan video conference paling terpopuler di dunia, bahkan zoom dapat mencatatkan lonjakan pendapatan hingga tembus mencapai 191 persen year-on-year (yoy) pada kuartal pertama tahun 2021.
Kenaikan ini terjadi setelah sejumlah perusahaan hingga institusi pendidikan dari berbagai negara mulai menerapkan sistem bekerja dari rumah atau work from home, sebagai imbas dari pembatasan wilayah akibat meningkatnya kasus Covid-19.