News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sudah Kuasai Pasar Dunia, Kini Saatnya Indonesia Kendalikan Harga CPO

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Bogor, Jawa Barat. Saat ini yang belum dimiliki Indonesia adalah kekuatan untuk mengendalikan harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

TRIBUNNEWS.COM – Indonesia telah memiliki kekuatan besar untuk bisa mengatur industri kelapa sawit global.

Saat ini yang belum dimiliki adalah kekuatan untuk mengendalikan harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, menjelaskan hal itu bukan sekadar angan-angan semata.

Baca juga: Harga CPO, Kedelai dan Jagung Masih Naik, Menkeu Sri Mulyani: Harga Gas Menurun Tajam

“Mengingat industri sawit nasional, telah sukses membawa Indonesia menjadi pemain utama dunia, terutama dalam produksi CPO. Sekarang saatnya untuk mengendalikan harga,” kata Dwi Sutoro dalam keterangan persnya, Rabu (8/3/2023).

Saat ini, lanjut Dwi, Indonesia merupakan negara yang berkontribusi sekitar 55 persen terhadap minyak sawit dunia, dan 42 persen minyak nabati dunia.

“Kalau kita dua minggu saja tidak ekspor, itu kan banyak yang teriak-teriak. Artinya, itu kan kekuatan yang luar bisa. Kita harus mendikte dunia,” ujar Dwi.

Ia mengatakan, Indonesia sebagai industri sawit terbesar harus menjadi barometer bisnis komoditas tersebut. Indonesia harus bisa berdaulat dalam mengelola perkebunan sawitnya sendiri.

“Mulai dari cara melakukannya, penetuan teknologi di hulu, bagaimana menggunakan robotik sistem, pemupukan yang benar, dan bagaimana benih yang unggul, itu harusnya di Indonesia. Kita harus punya roadmap yang luar biasa,” tambahnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut Dwi, perlu dorongan besar dari berbagai pihak, baik pemerintah, organisasi, maupun para petani, untuk memaksimalkan perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Karena menurutnya, pengelolan industri kelapa sawit, tidak hanya di hulunya saja, tapi juga harus di hilirnya. Di satu sisi partner bisnis harus memberikan advice yang dapat memperkuat produktivitas dan strategi dalam pengembangan bisnis sawit.

“Kenapa demikian, karena ini kita sudah berbicara pada rantai pasok. Jika hilirnya bermasalah atau lagi terkena masalah, pasti di hulunya juga akan kena dampaknya,” ujar Dwi.

Lebih lanjut Dwi menyampaikan, bahwa pergerakan ekspor CPO Indonesia sudah semakin minimal, karena sebagian besar sudah dalam bentuk produk turunan.

“Itu adalah pergerakan yang bagus. Dan kami ingin menujukkan bahwa dengan berbagai perbaikan yang ada, PTPN solid,” tegasnya.

Peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama industri kelapa sawit dunia, lanjut Dwi, kian terbuka lebar jika pembentukan bursa berjangka dalam negeri sebagai harga acuan crude palm oil (CPO) nasional, yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, benar-benar terwujud.

“Semua stakeholder harus benar-benar membangun industri sawit Indonesia bersama, bukan hanya mebangung sawit PTPN atau PT lain. Walaupun masing-masing punya interes berbeda, tetapi intinya kita membangun sawit merah putih,” pungkas Dwi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini